Modernisme
Adoh ratu cedak watu jauh dari raja dekat dengan batu. Kalimat tersebut cocok untuk menggambarkan eksistensi Banyumas atau wong Banyumas. Secara politik, tak pernah ada raja yang berkeraton di wilayah yang dikelilingi pegunungan ini, yang ada hanya adipati. Banyumas sekarang kabupaten di Jawa Tengah—menjadi sebuah daerah perdikan dan negeri ”mancanegara”, baik pada masa Majapahit dan Mataram (Jawa) maupun Pajajaran (Sunda). Kondisi tersebut membuat wong Banyumas berkesempatan mengembangkan budaya sendiri yang khas dan unik. Satu unsur budaya yang lekat di masyarakat Banyumas dan masih bertahan hingga kini adalah dialek bahasa ngapak-nya. Konon, dialek ngapak ini adalah bahasa Jawa murni atau bahasa Jawadwipa. Banyumas juga kaya akan kesenian khas, seperti ebeg, cowongan, lengger, genjringan, ujungan, udhun-udhunan, begalan, memedi sawah, dan kentongan. Seni-seni tersebut agak berbeda dengan seni budaya yang berkembang di Jawa maupun Sunda. Namun, derasnya pengaruh modernisme kini mulai mengikis eksistensi budaya-budaya lokal tersebut. Pentas lengger, ebeg, dan kenthongan kini mulai jarang terlihat.
Kelompok-kelompok seni tradisional pun mulai terpinggirkan. Sebaliknya, sajian budaya modern, seperti konser musik pop, rock, dangdut, pentas disc jockey , hingga sajian sexy dancer dapat dinikmati hampir setiap minggu di kota ini. Kondisi tersebut seiring maraknya tempat hiburan modern, mulai kafe, diskotek, pub, hingga rumah karaoke. Hingga tahun 1970-an dan sampai 1980-an, hampir setiap desa di Banyumas memiliki kelompok seni, khususnya kenthongan dan lengger. Mereka secara berkala tampil dalam berbagai kesempatan, seperti perayaan pernikahan, hari besar, hingga merti desa. Seni, seperti ebeg, kenthongan, cowongan, dan lengger, bagi wong Banyumas kala itu bukan sekadar pentas hiburan, melainkan sebuah tradisi yang menyatukan mereka dengan jati diri mereka sebagai orang Banyumas. Maka tak heran, di masa jayanya, mementaskan kesenian tradisional seakan menjadi kebutuhan warga Banyumas di sela menggelar hajatan, seperti pernikahan, sunatan, atau panen.
Kelompok-kelompok seni tradisional pun mulai terpinggirkan. Sebaliknya, sajian budaya modern, seperti konser musik pop, rock, dangdut, pentas disc jockey , hingga sajian sexy dancer dapat dinikmati hampir setiap minggu di kota ini. Kondisi tersebut seiring maraknya tempat hiburan modern, mulai kafe, diskotek, pub, hingga rumah karaoke. Hingga tahun 1970-an dan sampai 1980-an, hampir setiap desa di Banyumas memiliki kelompok seni, khususnya kenthongan dan lengger. Mereka secara berkala tampil dalam berbagai kesempatan, seperti perayaan pernikahan, hari besar, hingga merti desa. Seni, seperti ebeg, kenthongan, cowongan, dan lengger, bagi wong Banyumas kala itu bukan sekadar pentas hiburan, melainkan sebuah tradisi yang menyatukan mereka dengan jati diri mereka sebagai orang Banyumas. Maka tak heran, di masa jayanya, mementaskan kesenian tradisional seakan menjadi kebutuhan warga Banyumas di sela menggelar hajatan, seperti pernikahan, sunatan, atau panen.
Marah
Apa sih sebenarnya marah (ngamuk ) . .itu? Bagaimana pula kita bisa marah? mungkin ulasannya seperti ini. Marah merupakan salah satu bagian dari aspek emosional manusia yang merupakan reaksi atas hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, seperti adanya ancaman, konflik ataupun ketidakadilan.yang lebih detail bisa ditanyai pada ahli psikolog dan bisa juga bertanya pada diri anda sendiri . . . .kenapa saya bisa marah?
Kondisi emosional ini mempengaruhi kondisi fisiologis manusia, misalnya meningkatnya hormon adrenalin dan cortisol. Perubahan hormon ini nantinya akan mempengaruhi penampakan fisik. Selain itu ada beberapa kondisi yang mempermudah bangkitnya emosi, di antaranya adalah badan lemah, sedang dalam keadaan kelaparan atau sakit. Bisa juga karena ada perubahan hormonal, adanya infeksi penyakit kelamin atau menopause. Nah, jadi pemicu marah banyak sekali ya.sampeyan mesti hati-hati lho dalam ngadepin orang yang lagi temenan sama si “paijo” ini.Kalo kita lagi marah, maka marah tadi membangkitkan stimulus listrik pada hipothalamus, yang akan menaikkan kadar adrenalin dalam darah. Orang yang lagi marah, nafasnya akan berat dan dalam. Denyut jantung meningkat, bahkan bisa terjadi gangguan jantung. Terangsangnya saraf simpatik akan menyebabkan bertambahnya aliran darah dari kulit, hati, dan lambung ke jantung, sistem syaraf pusat dan juga pada otot tubuh. Nafas menjadi dalam dan berat. Jantung berdebar-debar lebih cepat. Tekanan darah makin meningkat. Hormon cortisol meningkat yang akan menekan sistem imun dalam tubuh. Sistem pencernaan akan terganggu. Limpa akan berkontraksi dan membongkar timbunan darahnya.
Orang yang lagi marah dapat dikenali dengan melihat penampakan fisiknya. So, sampeyan mesti hati-hati deh kalo bertemu dengan orang yang kondisinya seperti berikut.kalau perlu di catat saja kalau nggak perlu nggak papa. Orang yang lagi marah seperti ini nih:? mata lebih lebar, memerah, bicaranya keras bin teriak-teriak, gerak lebih cepat dan lebih kuat. Nah kalau ketemu dengan yang beginian, segera cabut and undur diri.
Kondisi emosional ini mempengaruhi kondisi fisiologis manusia, misalnya meningkatnya hormon adrenalin dan cortisol. Perubahan hormon ini nantinya akan mempengaruhi penampakan fisik. Selain itu ada beberapa kondisi yang mempermudah bangkitnya emosi, di antaranya adalah badan lemah, sedang dalam keadaan kelaparan atau sakit. Bisa juga karena ada perubahan hormonal, adanya infeksi penyakit kelamin atau menopause. Nah, jadi pemicu marah banyak sekali ya.sampeyan mesti hati-hati lho dalam ngadepin orang yang lagi temenan sama si “paijo” ini.Kalo kita lagi marah, maka marah tadi membangkitkan stimulus listrik pada hipothalamus, yang akan menaikkan kadar adrenalin dalam darah. Orang yang lagi marah, nafasnya akan berat dan dalam. Denyut jantung meningkat, bahkan bisa terjadi gangguan jantung. Terangsangnya saraf simpatik akan menyebabkan bertambahnya aliran darah dari kulit, hati, dan lambung ke jantung, sistem syaraf pusat dan juga pada otot tubuh. Nafas menjadi dalam dan berat. Jantung berdebar-debar lebih cepat. Tekanan darah makin meningkat. Hormon cortisol meningkat yang akan menekan sistem imun dalam tubuh. Sistem pencernaan akan terganggu. Limpa akan berkontraksi dan membongkar timbunan darahnya.
Orang yang lagi marah dapat dikenali dengan melihat penampakan fisiknya. So, sampeyan mesti hati-hati deh kalo bertemu dengan orang yang kondisinya seperti berikut.kalau perlu di catat saja kalau nggak perlu nggak papa. Orang yang lagi marah seperti ini nih:? mata lebih lebar, memerah, bicaranya keras bin teriak-teriak, gerak lebih cepat dan lebih kuat. Nah kalau ketemu dengan yang beginian, segera cabut and undur diri.
Puisi ….. IMAN dan CINTA
Kepercayaan yang tertanam
Keyakinan yang terdalam
Dihati dan benak manusia
Dijiwa dan raga yang tak sempurna
Sesuatu yang indah namun tak tampak
Sesuatu yang menggugah dan berdampak
Melekat erat didalam hati
Terikat kuat sampai mati
Tumbuh ketika dipelihara
Layu ketika tak berdaya
Indah ketika dijalankan
Gelisah ketika terlupakan
Sesuatu yang pasti dimiliki manusia
Untuk menggapai kebahagiaan akhirat dan dunia
Harus tetap ada dalam jiwa dan raga
Baik atau buruk kondisinya karena ALLAH tetap bersama kita
CINTA…
Satu kata yang ada dalam jiwa
Suatu makna yang melekat dalam raga
Terasa didalam hati
Ada pada setiap pribadi
Indah ketika terasa
Gundah ketika tak ada
Ada pada setiap insan
Untuk menjalani kehidupan
Sesuatu yang putih namun tak luput dari noda
Sesuatu yang bersih dapat membuat bahagia
Suatu anugrah yang diberikan DIA
Untuk setiap umat manusia
Air Mata Musafir Cinta
Korelasi cinta menggapai angan sepoi
lamunan kasih menggebu diantara otakku yang bergelayutan bersama saraf – saraf
rindu dan terbuai akan virus yang mematikan
diantara jantung yang berdegup seraya
berhenti, ku pancarkan hasrat memeluk cita yang selama ini bersarang dalam
hayal.
lamunan kasih menggebu diantara otakku yang bergelayutan bersama saraf – saraf
rindu dan terbuai akan virus yang mematikan
diantara jantung yang berdegup seraya
berhenti, ku pancarkan hasrat memeluk cita yang selama ini bersarang dalam
hayal.
Indahnya hari berjalan dengan awan yang
selalu tersenyum, mentari itu menyambut pada bunga yang tumbuh, langkah
menyusuri segala arah mencari debu tiada
henti tandang dalam tubuh yang dekil ini, kerinduan ini gelegarkan jagat nyawa melayang dalam sekotak TV, tangisan
terdengar dari kejauhan terbang cerita berita.
selalu tersenyum, mentari itu menyambut pada bunga yang tumbuh, langkah
menyusuri segala arah mencari debu tiada
henti tandang dalam tubuh yang dekil ini, kerinduan ini gelegarkan jagat nyawa melayang dalam sekotak TV, tangisan
terdengar dari kejauhan terbang cerita berita.
Rerumputan kering terlihat di belakang
sekolahku, aroma syahdu ayat – ayat cinta bergelayutan diantara embun rambut
kepala, dalam sekejap, mata ini kerangka masa membahana dalam padang pasir
hamparan doa, tubuh ini merasa lemah tuk gapai cinta sang pujangga, otot – otot
dalam tubuh mulai mengendur seakan dunia ini menghentak seisi jagat raya,
memblokir, menerawang bersama awan putih dari surga, apakah manusia menerima
kenyataan tanpa adanya kesimpangan dan keraguan, pegangan itu telah dibawa oleh
kasih cinta sang kholik sebagai wahyu yang Maha dahsyat dari sang pencipta alam
jagat raya ini.
sekolahku, aroma syahdu ayat – ayat cinta bergelayutan diantara embun rambut
kepala, dalam sekejap, mata ini kerangka masa membahana dalam padang pasir
hamparan doa, tubuh ini merasa lemah tuk gapai cinta sang pujangga, otot – otot
dalam tubuh mulai mengendur seakan dunia ini menghentak seisi jagat raya,
memblokir, menerawang bersama awan putih dari surga, apakah manusia menerima
kenyataan tanpa adanya kesimpangan dan keraguan, pegangan itu telah dibawa oleh
kasih cinta sang kholik sebagai wahyu yang Maha dahsyat dari sang pencipta alam
jagat raya ini.
Alangkah damai bidadari itu menunggu
pada insan yang telah memperjuangkan Iman dan Keyakinan pada sang kholik,
pancaran ibadah berbajukan nurani Islam, shahadat sebagai aliran darah , sujud
dalam taqwa, mati bersama senyum keikhlasan menunggu ridhoNya.
pada insan yang telah memperjuangkan Iman dan Keyakinan pada sang kholik,
pancaran ibadah berbajukan nurani Islam, shahadat sebagai aliran darah , sujud
dalam taqwa, mati bersama senyum keikhlasan menunggu ridhoNya.
Insan antara adam dan hawa selalu
bersama sebagai potret awal kehidupan dimana cinta itu hilang melayang turun
kebumi terpatri tergoda makhluk kuldi, kini kita sandarkan tembok baja pada
hembusan nafas dzikir pada Ilahi, tertunduk menggapai khusnul khotimah cinta
pada akhir kehidupan, bertandang dan menjamu seluruh jiwa pada sang cipta.
bersama sebagai potret awal kehidupan dimana cinta itu hilang melayang turun
kebumi terpatri tergoda makhluk kuldi, kini kita sandarkan tembok baja pada
hembusan nafas dzikir pada Ilahi, tertunduk menggapai khusnul khotimah cinta
pada akhir kehidupan, bertandang dan menjamu seluruh jiwa pada sang cipta.
Abdu ila robbi, penghambaanku pada Allah
Azawajallah,
Azawajallah,
Ashhaduallailahaillallah, dunia ini
mulai sakit entah kapan nafas kita di ajak bermain ke alam akhirat oleh
malaikat maut yang selalu menemani hidup manusia,………..
mulai sakit entah kapan nafas kita di ajak bermain ke alam akhirat oleh
malaikat maut yang selalu menemani hidup manusia,………..
Kini aku menunduk menangis bersama dosa
– dosa ampunkan insan yang membaca coretan hati sang musafir cinta.
– dosa ampunkan insan yang membaca coretan hati sang musafir cinta.
Awan
yang memutih itu menyapa dengan segala fana menggapai angan memberi salam dalam
kewajiban sang makhluk mengenakan pakaian hati yang kan disirami nada
instrospeksi hingga jiwa tertutupi dengan pakaian kamilin, syair tak beri
kesejukan dalam rona kegundahan iman hanya satu kuinginkan bacaan embun
penyejukan dalam ruhaniyah Al-Qur`an yang suci, jalan itu terus berubah bersama
roda perputaran zaman yang menggelitik bulu roma tubuh dekil dengan kayuhan
angin menggelombang samudra nun jauh, kekuatan kilat tak bisa mengalahkan akan
cinta sang Musafir pada Tuhannya, Tuhan Musafir tak pernah ada dan entah dimana, namun
Nuraninya terus berdenyut berteriak kamu diciptakan dan siapa yang mencipta ?
yang memutih itu menyapa dengan segala fana menggapai angan memberi salam dalam
kewajiban sang makhluk mengenakan pakaian hati yang kan disirami nada
instrospeksi hingga jiwa tertutupi dengan pakaian kamilin, syair tak beri
kesejukan dalam rona kegundahan iman hanya satu kuinginkan bacaan embun
penyejukan dalam ruhaniyah Al-Qur`an yang suci, jalan itu terus berubah bersama
roda perputaran zaman yang menggelitik bulu roma tubuh dekil dengan kayuhan
angin menggelombang samudra nun jauh, kekuatan kilat tak bisa mengalahkan akan
cinta sang Musafir pada Tuhannya, Tuhan Musafir tak pernah ada dan entah dimana, namun
Nuraninya terus berdenyut berteriak kamu diciptakan dan siapa yang mencipta ?
Langkah
Musafir terus bergontai menyusuri jalan – jalan yang berkelok, debu beterbangan
bersama angin menyusuri lorong – lorong gelap, hanya Iman dan Islam yang
menerangi jagat raya kolbu, darah bergejolak menghentakkan berdemo meminta
ampunan atas jasad yang tak kenal lelah menemani ruh yang menunggu pertanggung
jawaban bersama timbangan akhirat.
Musafir terus bergontai menyusuri jalan – jalan yang berkelok, debu beterbangan
bersama angin menyusuri lorong – lorong gelap, hanya Iman dan Islam yang
menerangi jagat raya kolbu, darah bergejolak menghentakkan berdemo meminta
ampunan atas jasad yang tak kenal lelah menemani ruh yang menunggu pertanggung
jawaban bersama timbangan akhirat.
Tangan
– tangan
– tangan
kan
berbicara yang telah menemani Musafir
bermain di alam dunia. Musafir bersenda gurau pada baju rombengnya, kenapa
engkau erat memeluk tubuhku yang sudah renta, bumi sebentar lagi akan mengunyah
segala yang ada dalam tubuh hingga tulang yang terus berdzikir atas ciptaan-Nya,
dan cacing berpesta menikmati makanan
dalam alam kubur. Cinta Musafir pada Tongkat Keyakinan Nurani mencari tuhan
hingga mulut berhenti mengalunkan nada istighfar atas-Nya. Mata menatap segala
penjuru antara hitam dan putih menyatu menuju pada kalamNya, entah kapan, dunia
mengalunkan kesucian alqur`an yang
bermain di alam dunia. Musafir bersenda gurau pada baju rombengnya, kenapa
engkau erat memeluk tubuhku yang sudah renta, bumi sebentar lagi akan mengunyah
segala yang ada dalam tubuh hingga tulang yang terus berdzikir atas ciptaan-Nya,
dan cacing berpesta menikmati makanan
dalam alam kubur. Cinta Musafir pada Tongkat Keyakinan Nurani mencari tuhan
hingga mulut berhenti mengalunkan nada istighfar atas-Nya. Mata menatap segala
penjuru antara hitam dan putih menyatu menuju pada kalamNya, entah kapan, dunia
mengalunkan kesucian alqur`an yang
kan
membawa Musafir pada kepastian
perjalanan dengan tiket Khusnul Khotimah. Tak terasa air hujan turun deras
berlinang dari mata menghiasi wajah kepolosan akan sejuta impian bersama
bidadari surga, namun terhenti kala badai mengernyit kegundahan dalam lamunan
yang tak mungkin, bangkit tertatih – tatih kepala menongak sambil mengalunkan
nyanyian cinta bersama sholawat pada Insan kamil.
perjalanan dengan tiket Khusnul Khotimah. Tak terasa air hujan turun deras
berlinang dari mata menghiasi wajah kepolosan akan sejuta impian bersama
bidadari surga, namun terhenti kala badai mengernyit kegundahan dalam lamunan
yang tak mungkin, bangkit tertatih – tatih kepala menongak sambil mengalunkan
nyanyian cinta bersama sholawat pada Insan kamil.
Angkara
menerjang bersama puyuh, merpati terus terbang melayang dalam kesetiaan, sang
malaikat kepakkan sayap pada bumi yang sedang dipijak oleh berjuta – juta
makhluk, kian hari mentari malu menyinari bumi, jam alam kokokan ayam jantan
saling sahut menyahut bangun insan jalani hidup, entah dosa atau pahala yang
terkantongi, hati Musafir menjerit kuatkah diriku jalani seribu tahun lagi
ataukah detik kedepan malaikat menjemput dengan segala senyum dengan bidadari
menyapa mengajak kedunia entah berantah, kini perjalanan hari berbeda roda
takdir menyelimuti, alam berubah jadi hitam, nafas mulai enggan berhembus,
jantung tak lagi menari bersama aliran darah gerak langkah mulai terhenti kaki
tak kuat menahan asa. Tertunduk sujud berdoa hamparan permadani menggelagar
bersama tangisan haru, memang hari ini sudah terjadwal dalam luh mahfudz aku
harus bertemu malaikat dan bidadari yang sudah lama menanti.
menerjang bersama puyuh, merpati terus terbang melayang dalam kesetiaan, sang
malaikat kepakkan sayap pada bumi yang sedang dipijak oleh berjuta – juta
makhluk, kian hari mentari malu menyinari bumi, jam alam kokokan ayam jantan
saling sahut menyahut bangun insan jalani hidup, entah dosa atau pahala yang
terkantongi, hati Musafir menjerit kuatkah diriku jalani seribu tahun lagi
ataukah detik kedepan malaikat menjemput dengan segala senyum dengan bidadari
menyapa mengajak kedunia entah berantah, kini perjalanan hari berbeda roda
takdir menyelimuti, alam berubah jadi hitam, nafas mulai enggan berhembus,
jantung tak lagi menari bersama aliran darah gerak langkah mulai terhenti kaki
tak kuat menahan asa. Tertunduk sujud berdoa hamparan permadani menggelagar
bersama tangisan haru, memang hari ini sudah terjadwal dalam luh mahfudz aku
harus bertemu malaikat dan bidadari yang sudah lama menanti.
Add caption |
Baju
rombeng itu menangis, tongkat itu bersedih, kala sang tuan pergi mengikuti arus
buku harian Tuhan sang Musafir, namun cinta tak pernah hilang karena kuikat
sekuntum bunga dzikir dalam hidupku, kuhias dalam ruangan yang penuh istighfar
bersama nafas dan aliran darah. Dan mulut bersedih terus berucap shalawat atas
insan kamil, dan akhir perjalanan mulut Musafir tersenyum memberi salam pada
makhluk dan musafir – musafir lainnya dengan tersedak akhir nafas terucap
Wassalamu`laikum Warahmatullah HiWabarokatuh, selamat jalan kawan dari dunia
yang tak terkontrol hanya akal dan Iman Islam yang terikat sekuat baja dalam
Nurani Hidup, Allahuakbar.
rombeng itu menangis, tongkat itu bersedih, kala sang tuan pergi mengikuti arus
buku harian Tuhan sang Musafir, namun cinta tak pernah hilang karena kuikat
sekuntum bunga dzikir dalam hidupku, kuhias dalam ruangan yang penuh istighfar
bersama nafas dan aliran darah. Dan mulut bersedih terus berucap shalawat atas
insan kamil, dan akhir perjalanan mulut Musafir tersenyum memberi salam pada
makhluk dan musafir – musafir lainnya dengan tersedak akhir nafas terucap
Wassalamu`laikum Warahmatullah HiWabarokatuh, selamat jalan kawan dari dunia
yang tak terkontrol hanya akal dan Iman Islam yang terikat sekuat baja dalam
Nurani Hidup, Allahuakbar.
Sejarah
Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum`at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.
Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".
PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582
1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 - sekarang)
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.
Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".
PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582
1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 - sekarang)
POHON TEMBAGA dan ASAL MULA BANYUMAS
Sepintas lalu pohon ini tampak seperti pohon biasa, namun demikian bila anda cermati lebih dekat secara langsung pohon ini mempunyai warna yang khas coklat kekuningan layaknya logam tembaga.
Pohon ini merupakan “prasasti” hidup sejarah Banyumas, karena menurut babad dan cerita sejarah Banyumas dari sini titik tonggak sejarah dimulainya / dibangunnya Kabupaten Banyumas . Pohon ini terletak di daerah yang pertama kali dibangun sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas di hutan Mangli daerah Kejawar dan sekarang terletak di Desa Kalisube
Grumbul Mangli, Kecamatan Banyumas.
Tempat awal pemerintahan dan nama Banyumas.
Menurut penelitian, maka hutan Mangli daerah Kejawar sebagai tempat pertama dibangunnya pusat pemerintahan Adipati Wargo Oetomo II (Djoko Kahiman / Adipati Mrapat) setelah meninggalkan Wirasaba.
Menurut riwayat yang juga dipercayai masyarakat, beliau menerima wisik
supaya pergi ke suatu tempat tumbuhnya pohon Tembaga. Di hutan Mangli inilah diketemukan pohon Tembaga yang dimaksud ; yaitu di sebelah Timur pertemuan sungai Pasinggangan dan sungai Banyumas. Kemudian mulailah dibangun tempat tersebut sebagai pusat pemerintahan dengan dibiayai oleh Kjai Mranggi Semu di Kejawar.
Ketika sedang sibuk-sibuknya membangun pusat pemerintahan itu, kebetulan
pada waktu itu ada sebatang kayu besar hanyut di sungai Serayu. Pohon tersebut namanya pohon Kayu Mas yang setelah diteliti berasal dari Desa Karangjambu (Kecamatan Kejobong, Bukateja, Kabupaten Purbalinga), sekarang sebelah timur Wirasaba. Anehnya kayu tersebut terhenti di sungai Serayu dekat lokasi pembangunan pusat pemerintahan. Adipati Marapat tersentuh hatinya melihat kejadian tersebut, kemudian berkenan untuk mengambil Kayu Mas tersebut untuk dijadikan Saka Guru. Karena kayu itu namanya Kayu Mas dan hanyut terbawa air (banyu), maka pusat emerintahan yang dibangun ini kemudian diberi nama Banyumas (perpaduan antara air (banyu) dan Kayu Mas)).
Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman (Adipati Marapat).
Riwayat Djoko Kahiman atau Raden Djoko Semangoen adalah putra Raden Harjo Banjaksosro Adipati Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh dan diambil anak angkat oleh Kjai dan Njai Mranggi Semoe di Kejawar. Kjai Mranggi sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta dan Njai Mranggi adalah Njai Ngaisah.
Setelah Raden Djoko Kahiman dewasa lalu mengabdikan dirinya pada Kjai adipati Wirasaba yang bernama Adipati Wargo Oetomo I dan akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu Wargo Oetomo I, dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah.
Suatu ketika Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar mempersembahkan salah seorang putrinya untuk dijadikan garwa ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri bungsunya yang bernama Rara Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan
dengan putra saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, namun setelah dewasa Rara Soekartijah menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum berkumpul.
Sakit hati Ki Ageng Tojareka kemudian membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan Pajang dan menyuruh Gandek supaya membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang tanpa penelitian terlebih dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah Sultan Pajang, kemudian menyuruh Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya membatalkan rencana membunuh Adipati Wargo Oetomo I, namun sudah terlambat. Tempat terjadinya di Desa Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I juga terkenal dengan sebutan Adipati Sedo Bener, sedangkan makam beliau di pasarehan Pakiringan, sebelah timur kota Banyumas, sekarang masuk wilayah Purworejo Klampok.
Penyesalan Sultan Pajang kemudian menitahkan memanggil putra Adipati Wirasaba supaya menghadap ke Kesultanan Pajang, namun semua putra Wargo Oetomo I tidak ada yang berani menghadap, akhirnya dengan jiwa heroik dan patriotis karena anggapannya akan dibunuh juga, berangkatlah Raden Djoko Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di luar dugaan Raden Djoko Kahiman malah diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII dengan gelar Adipati Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah wafat karena kesalahpahaman. Sultan Pajang memberikan segala kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Wargo Oetomo II.
Dengan kebesaran jiwanya Adipati Wargo Oetomo II tidak ingin mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri), karena beliau adalah anak
mantu, maka mohon restu agar diperkenankan untuk membagi daerah
kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah.
Menurut penelitian dan hasil seminar, hari, tanggal, bulan, tahun diangkatnya Raden Djoko Kahiman menjadi Adipati Wirasaba VII yang bergelar Adipati Wargo Oetomo II adalah : Jumat Kliwon, tanggal 12
Rabiul awal 990 H bertepatan dengan tanggal 6 April 1582 M.
Sekembalinya dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah
diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII, beliau membagi daerah
kekuasaannya menjadi empat, yaitu :
1. Banjar Pertambakan diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirojoedo.
2. Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo.
3. Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo.
4. Sedangkan beliau merelakan kembali ke Kejawar dengan maksud
mulai membangun pusat pemerintahn yang baru.
Berdasarkan penelitian sejarah ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Banyumas adalah hari Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990 Hijriyah bertepatan dengan 6 April 1582 Masehi. (sumber : sejarah Banyumas)
Ada White House di Banyumas
Kalau ngomong soal white house alias gedung putih tentunya kita akan teringat Presiden Barrack di America sono….
Tahukah anda kalau di kawasan wisata Baturaden juga ada “White House” alias rumah putih lho …
Kemarin inyong dan kawan-kawan di ajak jalan-jalan diajak sama Pak Darto Ka UPT Lokawisata Baturaden di sela-sela istirahat kegiatan diklat.
Ternyata … ada beberapa hal yang menarik yang bisa kita liha-lihat dan itu menarik yang selama ini terlewat pada saat berkunjung liburan di Baturaden. Berikut sedikit oleh-olehnya … monggo untuk di lihat-lihat
Tahukah anda kalau di kawasan wisata Baturaden juga ada “White House” alias rumah putih lho …
Kemarin inyong dan kawan-kawan di ajak jalan-jalan diajak sama Pak Darto Ka UPT Lokawisata Baturaden di sela-sela istirahat kegiatan diklat.
Ternyata … ada beberapa hal yang menarik yang bisa kita liha-lihat dan itu menarik yang selama ini terlewat pada saat berkunjung liburan di Baturaden. Berikut sedikit oleh-olehnya … monggo untuk di lihat-lihat
Rumah Putih alias “white house’ adalah rumah peninggalan zaman Belanda yang dahulu digunakan sebagai rumah dinas , guest house orang Belanda di turbin air PLTA Ketenger Baturaden.
Tak kalah menarik adalah kita melihat pipa-pipa air untuk pemutar turbinMenikamati Bendung Gerak yang “tidak bergerak”
“Danau” yang tenang
Sambil menikmati jajanan rakyat
Asal Mula Wong Banyumas
(Gunung Slamet)
Menjelang ulang tahun Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang ke-428 inyong ingin sedikit sharing tentang sejarah asal mula wong Banyumasan alias asal mula orang Banyumas yang merupakan hasil rangkuman penulusuran di internet.Untuk sharing kali ini selanjutnya Banyumas akan disebut Banyumasan, istilah ini untuk menggambarkan tentang orang dengan karakteristik “Banyumasan” artinya bukan hanya orang yang bermukim di wilayah Kabupaten Banyumas saja karena Budaya Banyumasan itu meliputi daerah di luar Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan sejarah yang dihimpun dari sumber-sumber, terutama yang inyong ambil sebagai sumber adalah dari wikipedia Basa Banyumasan yang membeberkan sejarah Banyumasan yang dalam versi aslinya ditulis dalam bahasa Banyumasan dan Wikipedia Bahasa Indonesia , kurang lebih ceritanya begini ….
Berdasarkan sumber tersebut dikatakan bahwa nenek moyang orang Banyumasan berasal dari daerah Kutai Kalimantan timur sebelum periode Kerajaan Kutai Hindu, alias masih zaman pra Hindu.
Berdasarkan catatan Van der Meulen Kemudian pendatang-pendatang tersebut masuk ke tanah Jawa jauh sebelum abad ke 3 Masehi mendarat di Cirebon, kemudian masuk ke pedalaman. Sebagian menetap di sekitar Gunung Cermai dan sebagian lagi melanjutkan perjalanan dan menetap di sekitar Gunung Slamet dan Lembah Sungai Serayu.
Pendatang yang menetap di sekitar Gunung Cermai selanjutnya mengembangkan peradaban sunda sedangkan pendatang yang menetap di sekitar Gunung Slamet kemudian mendirikan Kerajaan Galuh Purba.
Kerajaan Galuh Purba yang didirikan di Gunung Slamet ini disebut-sebut merupakan kerajaan yang pertama di Jawa Tengah dan keturunannya bakal menjadi penguasa dari kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa.
Kerajaan Galuh Purba didirikan pada sekitar abad Ke-1 M di Gunung Slamet berkembang sampai dengan abad ke-6 M dengan kerajaan-kerajaan kecil dengan nama Galuh didepannya. Antara lain kerajaan :
- Kerajaan Galuh Rahyang lokasi di Brebes, ibukota di Medang Pangramesan
- Kerajaan Galuh Kalangon lokasi di Roban, ibukota di Medang Pangramesan
- Kerajaan Galuh Lalean lokasi di Cilacap, ibukota di Medang Kamulan
- Kerajaan Galuh Tanduran lokasi di Pananjung, ibukota di Bagolo
- Kerajaan Galuh Kumara lokasi di Tegal, ibukota di Medangkamulyan
- Kerajaan Galuh Pataka lokasi di Nanggalacah, ibukota di Pataka
- Kerajaan Galuh Nagara Tengah lokasi di Cineam,ibukota di Bojonglopang
- Kerajaan Galuh Imbanagara lokasi di Barunay (Pabuaran), ibukota di Imbanagara
- Kerajaan Galuh Kalingga lokasi di Bojong, ibukota di Karangkamulyan
Berdasarkan prasasti Bogor, karena pamor kerajaan Galuh Purba menurun kalah pamor dynasti Syilendra di Jawa Tengah yang mulai berkembang, kemudian ibukota kerajaan Galuh Purba pindah ke Kawali (dekat garut) kemudian disebut Kerajaan Galuh Kawali.
Pada saat itu di wilayah timur berkembang Kerajaan Kalingga yang konon merupakan kelanjutan dari Kerajaan Galuh Kalingga sebuah Kerajaan di wilayah Galuh Purba.
Sedangkan di wilayah barat berkembang Kerajaan Tarumanegara yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Salakanegara.
Pada masa Purnawarman menjadi Raja Tarumanegara, kerajaan Galuh Kawali menjadi kerajaan bawahan Tarumanegara. Pada saat Tarumanegara diperintah oleh Raja Candrawarman kerajaan bawahan Tarumanegara mendapatkan kekuasaannya kembali termasuk Galuh Kawali. Pada masa Tarumanegara Pemerintahan Raja Tarusbawa, Wretikandayun Raja Galuh Kawali memisahkan diri (merdeka) dari Tarumanegara dan mendapat dukungan dari Kerajaan Kalingga, kemudian menjadi Kerajaan Galuh dengan pusat pemerintahan Banjar Pataruman. Kerajaan Galuh ini yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat.
Meskipun dalam perkembangannya Kerajaan Galuh Purba berkembang menjadi Kerajaan besar yaitu Kalingga di Jawa Tengah dan Galuh di Jawa Barat, hubungan keturunan Galuh Purba tetap terjalin dengan baik dan terjadi perkawinan antar Kerajaan sehingga muncul Dinasti Sanjaya yang kemudian mempunyai keturunan raja-raja di Jawa.
Wilayah Kerajaan Galuh Purba sebelum pindah ke Kawali mempunyai wilayah kekuasaan yang lumayan luas, mulai dari Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen ,Kedu, Kulonprogo dan Purwodadi.
Berdasarkan kajian bahasa yang dilakukan oleh E.M. Uhlenbeck, 1964, dalam bukunya : “A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura”, The Hague: Martinus Nijhoff, bahasa yang digunakan oleh “keturunan Galuh Purba” masuk ke dalam Rumpun Basa Jawa Bagian Kulon yang meliputi :Sub Dialek Banten Lor
Sub Dialek Cirebon/Indramayu, Sub Dialek Tegalan, Sub Dialek Banyumas,
Sub Dialek Bumiayu (peralihan Tegalan karo Banyumas), Kelompok dialek ini biasa disebut Bahasa Jawa Ngapak-ngapak atau Bahasa Banyumasan.
Bila kita lihat dari sejarah tersebut, diperoleh informasi bahwa perkembangan peradaban Banyumasan sudah berkembang sedemikian jauh sebelum masa-masa Kerajaan Majapahit. Artinya peradaban budaya dan bahasa Banyumasan sudah sangat tua jauh sebelum Kerajaan Mataram Islam yang kemudian terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta.
Istilah Banyumas sendiri itu muncul jauh setelah Kerajaan Galuh Purba yaitu pada saat R. Jaka Kaiman membangun Pusat Kadipaten di Hutan Mangli Kejawar tepatnya pada masa akhir Kerajaan Pajang sebelum muncul Kerajaan Mataram Islam. Silahkan baca Pohon Tembaga dan Awal Mula Banyumas.
Pada zaman Kesultanan Demak (1478 – 1546), wilayah Banyumasan terdiri dari beberapa Kadipaten, diantaranya Kadipaten Pasirluhur dengan Adipatinya Banyak Belanak, juga Kadipaten Wirasaba dengan Adipatinya Wargo Utomo I. Luasnya kekuasaan Kesultanan Demak membuat Sultan Trenggono (Sultan Demak ke III) merasa perlu memiliki angkatan perang yang kuat, untuk itu wilayah-wilayah Kesultanan Demak pun dibagi-bagi secara militer menjadi beberapa daerah komando militer. Untuk wilayah Barat, Sultan Trenggono mengangkat Adipati Banyak Belanak sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan Barat dengan cakupan wilayah meliputi Kerawang sampai gunung Sumbing (Wonosobo). Sebagai salah seorang Panglima Perang Kesultanan Demak, Adipati Pasirluhur dianugrahi gelar Pangeran Senopati Mangkubumi I sedangkan adiknya yang bernama Wirakencana diangkat menjadi Patih.
Setelah Sultan Trenggono wafat, Kesultanan Demak terpecah menjadi 3 bagian, salah satunya adalah Pajang yang diperintah oleh Joko Tingkir dan bergelar Sultan Adiwijaya (1546 – 1587). Pada masa ini, sebagian besar wilayah Banyumasan termasuk dalam kekuasaan Pajang.
Mengikuti kebijakan pendahulunya, Sultan Adiwijaya juga mengangkat Adipati Pasirluhur yang saat itu dijabat Wirakencana, menjadi Senopati Pajang dengan gelar Pangeran Mangkubumi II. Sementara itu Adipati Kadipaten Wirasaba, Wargo Utomo I wafat dan salah seorang putranya ( putra menantu ) bernama R. Joko Kaiman diangkat oleh Sultan Adiwijaya menjadi Adipati Wirasaba dengan gelar Wargo Utomo II, beliau menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Menjelang berakhirnya kejayaan kerajaan Pajang dan mulai berdirinya kerajaan Mataram (1587), Adipati Wargo Utomo II menyerahkan kekuasaan Kadipaten Wirasaba ke saudara-saudaranya, sementara beliau sendiri memilih membentuk Kadipaten baru dengan nama Kadipaten Banyumas dan beliau menjadi Adipati pertama dengan gelar Adipati Marapat.
Selanjutnya, Kadipaten Banyumas inilah yang berkembang pesat, telebih setelah pusat Kadipatennya dipindahkan ke Sudagaran – Banyumas, pengaruh kekuasaannya menyebabkan Kadipaten-Kadipaten lainnya semakin mengecil. Seiring dengan berkembangnya Kerajaan Mataram, Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan pun tunduk pada kekuasaan Mataram.
Kekuasaan Mataram atas Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan tidak secara otomatis memasukkan wilayah Banyumasan ke dalam “lingkar dalam” kekuasaan Mataram sehingga Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan tersebut masih memiliki otonomi dan penduduk Mataram pun menyebut wilayah Banyumasan sebagai wilayah Mancanegara Kulon.
Sebelum Belanda masuk, wilayah Banyumasan disebut sebagai daerah Mancanegara Kulon dengan rentang wilayah meliputi antara Bagelen (Purworejo) sampai Majenang (Cilacap). Disebut Mancanegara Kulon karena pusat pemerintahan waktu itu memang berada di wilayah Surakarta atau wilayah wetan.
Terhitung sejak tanggal 22 Juni 1830, daerah Mancanegara Kulon ini secara politis masuk di bawah kontrol pemerintah kolonial Belanda, itulah awal penjajahan Belanda, sekaligus akhir dari pendudukan kerajaan Mataram atas bumi Banyumasan. Selanjutnya para Adipati di wilayah Banyumasan pun tidak lagi tunduk pada Raja Mataram, mereka selanjutnya dipilih dan diangkat oleh Gubernur Jenderal dan dipilih dari kalangan penduduk pribumi, umumnya putera atau kerabat dekat Adipati terakhir.
Pemerintahan di wilayah Banyumasan diatur berdasarkan Konstitusi Nederland yang pada pasal 62 ayat 2 disebutkan bahwa pemerintahan umum di Hindia Belanda (Indonesia) dilakukan oleh Gubernur Jenderal atas nama kerajaan Belanda. Gubernur Jenderal adalah kepala eksekutif yang berhak mengangkat serta memberhentikan para pejabat di Hindia Belanda, termasuk para Adipatinya. Saat itu yang menjadi Gubernur Jenderal adalah Johannes Graaf van den Bosch (16 Januari 1830 – 2 Juli 1833).
Upaya untuk mengontrol para Adipati ini sebenarnya agar Belanda mudah melakukan mobilisasi rakyat untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik Belanda yang lebih dikenal dengan tanam paksa. Persiapan pembentukan pemerintahan kolonial Belanda di wilayah Banyumasan dilakukan oleh Residen Pekalongan bernama Hallewijn. Hallewijn tiba di wilayah Banyumasan pada 13 Juni 1830 dengan tugas utama mempersiapkan penyelenggaraan pemerintahan sipil di wilayah Banyumasan. Dia dibantu antara lain oleh Vitalis sebagai administrator juga Kapiten Tak sebagai komandan pasukan.
Tanggal 20 September 1830, Hallewijn memberikan laporan umum hasil kerjanya kepada Komisaris Kerajaan yaitu Jenderal De Kock di Sokaraja, diantara isi laporan tersebut adalah tentang cakupan wilayah Banyumasan yang meliputi (dari timur) : Kebumen, Banjar (Banjarnegara), Panjer, Ayah, Prabalingga (Purbalingga), Banyumas, Kroya, Adireja, Patikraja, Purwakerta (Purwokerto), Ajibarang, Karangpucung, Sidareja, Majenang sampai ke Daiyoe-loehoer (Dayeuhluhur), termasuk juga di dalamnya tanah-tanah Perdikan (daerah Istimewa) seperti Donan dan Kapungloo. Pada pertemuan di Sokaraja itulah akhirnya diresmikan berdirinya Karesidenan Banyumas yang meliputi sebagian besar wilayah mancanegara kulon, selanjutnya tanggal 1 November 1830 de Sturler dilantik sebagai Residen Banyumas pertama.
Pada tanggal 18 Desember 1830 melalui Beslit Gubernur Jenderal J.G. van den Bosch, Karesidenan Banyumas diperluas dengan dimasukkannya Distrik Karangkobar (Banjarnegara), pulau Nusakambangan, Madura (sebelumnya termasuk wilayah Cirebon) dan Karangsari (sebelumnya termasuk wilayah Tegal).
Untuk mengefektifkan jalannya pemerintahan, pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 22 Agustus 1831 membentuk 4 Regentschap (Kabupaten) di wilayah Karesidenan Banyumas yaitu, Kabupaten Banyumas, Ajibarang, Daiyoe-loehoer dan Prabalingga yang masing-masing dipimpin oleh seorang Bupati pribumi. Selain itu Residen de Sturler juga melakukan perubahan ejaan nama dan pembentukan struktur Afdeling yang berfungsi sebagai Asisten Residen di masing-masing Kabupaten.
Di antara yang mengalami perubahan nama adalah Prabalingga menjadi Poerbalingga, Daiyoe-Loehoer menjadi Dayoehloehoer dan Banjar menjadi Banjarnegara, selanjutnya wilayah Banjarnegara diperluas dengan memasukkan Distrik Karangkobar, statusnyapun ditingkatkan menjadi sebuah Kabupaten.
Pembentukan Afdeling meliputi, Kabupaten Dayoehloehoer dan Kabupaten Ajibarang menjadi satu Afdeling yaitu Afdeling Ajibarang dengan ibukota Ajibarang dan D.A. Varkevisser diangkat sebagai Asisten Residen di Ajibarang sekaligus sebagai ”pendamping” Bupati Ajibarang Mertadiredja II dan Bupati Dayoehloehoer R. Tmg. Prawiranegara. Tiga Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara masing-masing memiliki Afdeling sendiri-sendiri.
Wilayah Banyumasan merupakan sebuah wilayah yang meliputi 8 Kabupaten yaitu : Kabupaten Kebumen, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas.
Budaya Banyumasan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan wilayah lain di Jawa Tengah, walaupun akarnya masih merupakan budaya Jawa. Hal ini sangat terkait dengan karakter masyarakatnya yang sangat egaliter tanpa mengenal istilah ningrat atau priyayi. Hal ini juga tercermin dari bahasanya yaitu bahasa Banyumasan yang pada dasarnya tidak mengenal tingkatan status sosial. Penggunaan bahasa halus (kromo) pada dasarnya merupakan serapan akibat interaksi intensif dengan masyarakat Jawa lainnya (wetanan) dan ini merupakan kemampuan masyarakat Banyumasan dalam mengapresiasi budaya luar. Penghormatan kepada orang yang lebih tua umumnya ditampilkan dalam bentuk sikap hormat, sayang serta sopan santun dalam bertingkah laku. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh feodalisme memang terasa tetapi itu bukan merupakan karakter asli masyarakat Banyumasan. Selain egaliter, masyarakat Banyumasan dikenal memiliki kepribadian yang jujur serta berterus terang atau biasa disebut Cablaka / Blakasuta.
Demikian Saudara sedikit cerita tentang asal mula Wong Banyumasan cukup menarik bukan, dengan cerita di atas mudah-mudahan dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Yang menjadi pertanyaan inyong yang cukup menggelitik adalah tentang sedikitnya informasi yang bisa kita dapatkan untuk mencari jejak sejarah Banyumasan terutama terkait Kerajaan Galuh Purba, ini tentunya merupakan tantangan bagi Sejarawan Banyumasan untuk menggali lebih dalam jati diri bangsa Banyumasan.
Sebagai penutup tulisan, karena inyong bukan ahli sejarah dan hanya “menggatuk-gatukan” dari sumber yang ada sekitanya ada yang salah mohon untuk diluruskan.. ehhh..mbok kayakuwe…Klilaan.. (diolah dari beberapa sumber, sumber utama Wikipedia Bahasa Indonesia dan Basa Banyumasan)
Tanggung Jawab
Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, adalah makhluk yang diberi beban tugas (mukallaf). Yang membebani tugas manusia adalah Allah dan juga dirinya sendiri.
Tanggung jawab lahir karena manusia diberi kebebasan untuk memilih dan diberikan seperangkat fasilitas dan potensi untuk mengemban tugasnya. Fasilitas tersebut adalah berupa hidayah. Hidayah inderawi berupa mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, kulit untuk meraba, lidah untuk merasa. Hidayah akal untuk memikirkan dan menemukan rumusan dan fenomena-fenomea. Hidayah agama berupa rumusan yang tidak dapat diindera oleh panca indera dan terbayang dalam fikiran. Semuanya diberikan oleh Allah kepada manusia agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Jadi betapa bijaksananya Allah memberikan sejumlah perangkat kepada manusia sebelum memberikan tugas kepada manusia.
Mengapa kita diberi tugas ? Karena kita mau, seperti yang diberi tahu oleh Allah dalam Surat Al-Ahzab (33:72) “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh” .
Ayat ini menggambarkan bahwa hanya manusialah yang mau menerima beban tugas kekhalifahan ini. Inilah tanggung jawab yang diberikan Allah kepada manusia.
Manusia juga menerima tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Seperti contoh, mau menjadi suami atau isteri dengan sukarela, maka dia telah menerima tanggung jawab tersebut kepada dirinya sendiri. Seorang gubernur, bupati dan sebagainya juga menerima tanggung jawab kepada dirinya ketika menerima jabatan tersebut. Seorang dokter, insinyur punya tanggung jawab atas profesinya karena telah memilih dan menerima profesi itu.
Tanggung jawab berlaku seperti yang telah disebutkan diatas bila kita mau menerima tanggung jawab tersebut.Jika kita punya potensi untuk itu namun tidak mengambil tanggung jawab maka akan ditanya di akhirat nanti, mengapa dia tidak mengambil tugas tersebut. Apabila kita tidak mampu tapi mau menerima maka tanggung jawab terus mengikutinya. Ketidakmampuan manusia harus dapat diatasi oleh dirinya sendiri sehingga menjadi mampu mengemban tugas karena telah menerima tugas tersebut. Dosa apabila kita menerima tanggung jawab tapi sebenarnya kita tidak mampu. Seperti dosa kita apabila kita mau menikah tapi ternyata kita tidak mampu untuk memberikan nafkah kepada isteri dan keluarganya.
Tanggung jawab akan dilepaskan dari kita apabila kita tidak mampu untuk melaksanakannya. Karena itu, sebelum menerima tanggung jawab maka kita menanyakan terlebih dahulu apakah kita mampu untuk melaksanakannya, yang dalam bahasa lain dilakukan fit and proper test (uji kemampuan dan kelayakan). Kemudian setelah kita dinyatakan mampu, orang yang memberi tanggung jawab memberikan perangkat-perangkat yang dibutuhkan sehingga kita dapat mengemban tugas tersebut. Orang yang tidak berakal, yang sedang tidur dan yang terpaksa tidak dituntut untuk bertanggung jawab.
Yang dituntut dari manusia adalah tanggung jawab yang bersifat wajib saja, sunnah tidak akan dituntut.
Tanggung jawab ada yang bersifat tanggung jawab perorangan dan juga ada tanggung jawab kolektif/masyarakat. Di akhirat nanti, tiap-tiap diri akan menerima catatan / kitab amalan dan hasil tanggung jawabnya masing-masing. Begitu juga dengan masyarakat, tiap-tiap umat mempunyai dan akan menerima kitabnya masing-masing. (Surat Al-Jatsiyah). Contoh tanggung jawab kita sebagai umat/masyarakat adalah, apabila ada orang yang mampu untuk duduk dalam kepemimpinan lokal maupun nasional namun orang tersebut tidak menerima jabatan tersebut dikarenakan tidak ada yang memilihnya, maka masyarakat akan ditanya oleh Allah mengapa tidak memilihnya ?
Tanggung jawab mempunyai dampak yang baik secara langsung dan juga tidak langsung apabila dilaksanakan dengan baik. Seperti tanggung jawab sebagai suami bisa dijalankan dengan baik, akan menciptakan keluarga yang bahagia.
Tanggung jawab juga mempunyai sanksi apabila tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Pada umumnya tanggung jawab perorangan akan mempunyai sanksi di akhirat, seperti tanggung jawab sholat. Apabila tidak dilaksanakan sholat, akibatnya bukan di dunia tapi di akhirat kelak. Karena itu jangan heran, orang yang tidak melaksanakan sholat bisa tenang-tenang saja di dunia ini, karena akibatnya nanti.
Begitu juga dengan tanggung jawab masyarakat, pada umumnya sanksinya di dunia. Seperti misalkan tanggung jawab kita terhadap para pedagang yang memakai jalan raya / umum sebagai tempat dagangannya, tentunya sanksinya terhadap masyarakat adalah berupa kemacetan. Karena itu, Allah menegaskan di dalam Quran Surat Al-Anfaal (8:25) “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. “… bahwa bencana akan mengenai tidak hanya pada orang-orang yang salah atau yang memang bertanggung jawab, tapi juga mengenai pada orang-orang yang tidak bersalah.
Karena itu, kejahatan dan keburukan perlu diperbaiki, perlu ada kontrol sosial pada masyarakat. Namun dalam mengubahnya tersebut kita perlu mengikuti prosedur-prosedur atau ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hadits Nabi yang mengatakan ubahlah kejahatan tersebut dengan tanganmu apabila mampu, jika tidak mampu maka gunakan lidahmu, tidak mampu juga maka cukuplah dengan hatimu. Ubahlah dengan tanganmu dimaksudkan adalah para penguasa/pemimpin dan petugas yang berwenang. Dengan lidah setiap kita mampu, untuk menyampaikan bahwa itu salah, itu buruk baik di media pers atau melaporkan pada yang berwenang. Dengan hati, apabila tidak mampu semuanya, dengan demikian telah selesailah tanggung jawab kita sebagai masyarakat.
Tanggung jawab lahir karena manusia diberi kebebasan untuk memilih dan diberikan seperangkat fasilitas dan potensi untuk mengemban tugasnya. Fasilitas tersebut adalah berupa hidayah. Hidayah inderawi berupa mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, kulit untuk meraba, lidah untuk merasa. Hidayah akal untuk memikirkan dan menemukan rumusan dan fenomena-fenomea. Hidayah agama berupa rumusan yang tidak dapat diindera oleh panca indera dan terbayang dalam fikiran. Semuanya diberikan oleh Allah kepada manusia agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Jadi betapa bijaksananya Allah memberikan sejumlah perangkat kepada manusia sebelum memberikan tugas kepada manusia.
Mengapa kita diberi tugas ? Karena kita mau, seperti yang diberi tahu oleh Allah dalam Surat Al-Ahzab (33:72) “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh” .
Ayat ini menggambarkan bahwa hanya manusialah yang mau menerima beban tugas kekhalifahan ini. Inilah tanggung jawab yang diberikan Allah kepada manusia.
Manusia juga menerima tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Seperti contoh, mau menjadi suami atau isteri dengan sukarela, maka dia telah menerima tanggung jawab tersebut kepada dirinya sendiri. Seorang gubernur, bupati dan sebagainya juga menerima tanggung jawab kepada dirinya ketika menerima jabatan tersebut. Seorang dokter, insinyur punya tanggung jawab atas profesinya karena telah memilih dan menerima profesi itu.
Tanggung jawab berlaku seperti yang telah disebutkan diatas bila kita mau menerima tanggung jawab tersebut.Jika kita punya potensi untuk itu namun tidak mengambil tanggung jawab maka akan ditanya di akhirat nanti, mengapa dia tidak mengambil tugas tersebut. Apabila kita tidak mampu tapi mau menerima maka tanggung jawab terus mengikutinya. Ketidakmampuan manusia harus dapat diatasi oleh dirinya sendiri sehingga menjadi mampu mengemban tugas karena telah menerima tugas tersebut. Dosa apabila kita menerima tanggung jawab tapi sebenarnya kita tidak mampu. Seperti dosa kita apabila kita mau menikah tapi ternyata kita tidak mampu untuk memberikan nafkah kepada isteri dan keluarganya.
Tanggung jawab akan dilepaskan dari kita apabila kita tidak mampu untuk melaksanakannya. Karena itu, sebelum menerima tanggung jawab maka kita menanyakan terlebih dahulu apakah kita mampu untuk melaksanakannya, yang dalam bahasa lain dilakukan fit and proper test (uji kemampuan dan kelayakan). Kemudian setelah kita dinyatakan mampu, orang yang memberi tanggung jawab memberikan perangkat-perangkat yang dibutuhkan sehingga kita dapat mengemban tugas tersebut. Orang yang tidak berakal, yang sedang tidur dan yang terpaksa tidak dituntut untuk bertanggung jawab.
Yang dituntut dari manusia adalah tanggung jawab yang bersifat wajib saja, sunnah tidak akan dituntut.
Tanggung jawab ada yang bersifat tanggung jawab perorangan dan juga ada tanggung jawab kolektif/masyarakat. Di akhirat nanti, tiap-tiap diri akan menerima catatan / kitab amalan dan hasil tanggung jawabnya masing-masing. Begitu juga dengan masyarakat, tiap-tiap umat mempunyai dan akan menerima kitabnya masing-masing. (Surat Al-Jatsiyah). Contoh tanggung jawab kita sebagai umat/masyarakat adalah, apabila ada orang yang mampu untuk duduk dalam kepemimpinan lokal maupun nasional namun orang tersebut tidak menerima jabatan tersebut dikarenakan tidak ada yang memilihnya, maka masyarakat akan ditanya oleh Allah mengapa tidak memilihnya ?
Tanggung jawab mempunyai dampak yang baik secara langsung dan juga tidak langsung apabila dilaksanakan dengan baik. Seperti tanggung jawab sebagai suami bisa dijalankan dengan baik, akan menciptakan keluarga yang bahagia.
Tanggung jawab juga mempunyai sanksi apabila tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Pada umumnya tanggung jawab perorangan akan mempunyai sanksi di akhirat, seperti tanggung jawab sholat. Apabila tidak dilaksanakan sholat, akibatnya bukan di dunia tapi di akhirat kelak. Karena itu jangan heran, orang yang tidak melaksanakan sholat bisa tenang-tenang saja di dunia ini, karena akibatnya nanti.
Begitu juga dengan tanggung jawab masyarakat, pada umumnya sanksinya di dunia. Seperti misalkan tanggung jawab kita terhadap para pedagang yang memakai jalan raya / umum sebagai tempat dagangannya, tentunya sanksinya terhadap masyarakat adalah berupa kemacetan. Karena itu, Allah menegaskan di dalam Quran Surat Al-Anfaal (8:25) “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. “… bahwa bencana akan mengenai tidak hanya pada orang-orang yang salah atau yang memang bertanggung jawab, tapi juga mengenai pada orang-orang yang tidak bersalah.
Karena itu, kejahatan dan keburukan perlu diperbaiki, perlu ada kontrol sosial pada masyarakat. Namun dalam mengubahnya tersebut kita perlu mengikuti prosedur-prosedur atau ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hadits Nabi yang mengatakan ubahlah kejahatan tersebut dengan tanganmu apabila mampu, jika tidak mampu maka gunakan lidahmu, tidak mampu juga maka cukuplah dengan hatimu. Ubahlah dengan tanganmu dimaksudkan adalah para penguasa/pemimpin dan petugas yang berwenang. Dengan lidah setiap kita mampu, untuk menyampaikan bahwa itu salah, itu buruk baik di media pers atau melaporkan pada yang berwenang. Dengan hati, apabila tidak mampu semuanya, dengan demikian telah selesailah tanggung jawab kita sebagai masyarakat.
Mengapa Al-Quran Berbahasa Arab
Setiap saat, lahir orang-orang alim yang mampu menghapal isi kandungan
Kitab Suci Al-Quran. Hatta, orang buta atau anak kecil. Itulah bedanya dengan Kitab
Suci lain [Lanjutan Universalitas Al-Qur’an bagian 2- habis]
Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi *)
“Mengapa Al-Quran diturunkan kepada seorang Nabi yang miskin dan buta huruf
(ummiy)? Mengapa tidak diberikan kepada pembesar Mekkah maupun Tha’if saja?”
Pertanyaan seperti ini sering terjadi. Sama hal nya dengan pernyataan, “Mengapa Al-
Qur’an berbahasa Arab?”
Banyak dalil yang mengungkap hal ini. Diantaranya; QS. 12: 2, 14: 4, 13: 37, 16: 103, 19: 97, 20: 113, 26: 193-195, 26: 198-199, 39: 28, 41: 3, 41: 44, 43: 3, 44: 58, dan 46 : 12.
Boleh dikata, hampir semua ayat tersebut menyatakan, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan
dalam “bahasa Arab”. Adalah keliru jika karena Allah menurunkan Al-Quran ke dalam
bahasa Arab kemudian dikatakan “tidak universal”.
Kenapa Allah memilih bahasa Arab? Bukan bahasa lain? Barangkali itu adalah hak Allah. Meski demikian, pilihan Allah mengapa Al-Quran itu dalam bahasa Arab bisa dijelaskan secara ilmiah.
Pertama, sampai hari ini, bahasa yang berasal dari rumpun Semit yang masih
bertahan sempurna adalah bahasa Arab. Bahkan Bible (Old Testament) yang diklaim bahasa aslinya bahasa Ibrani (Hebrew) telah musnah, sehingga tidak ada naskah asli dari Perjanjian Lama.
Meskipun begitu, menurut Isrâ’il Wilfinson, dalam bukunya TârĂ®k al-Lughât al-
Sâmiyyah (History of Semitic Language), seperti yang dikutip Prof. Al-A‘zamĂ®, ternyata
bahasa asli PL itu tidak disebut Ibrani.
Bahasa pra-pengasingan (pre-exilic language) yang digunakan oleh Yahudi adalah
dialek Kanaan dan tidak dikenal sebagai Ibrani. Orang-orang Funisia (atau lebih
tepatnya, orang-orang Kanaan) menemukan alfabet yang benar pertama kali ± 1500
S.M, berdasarkan huruf-huruf ketimbang gambar-gambar deskriptif.
Semua alfabet yang berturut-turut seterusnya adalah utang budi pada, dan berasal
dari, pencapaian Kanaan ini. (Prof. Dr. M.M. Al-A‘zamĂ®, The History of The Qur’ânic
Text from Revelation to Compilation (edisi Indonesia), terjemah: Sohirin Solihin, dkk.,
GIP, 2005, hlm. 259).
New Testament (Gospel, Injil) yang diklaim bahasa aslinya adalah bahasa “Yunani”
juga sudah hilang, sehingga tidak ada naskah asli dari Injil. Bahkan, ini bertentangan dengan bahasa Yesus, yang sama sekali tidak paham bahasa Yunani. Bukankah ini ‘mencederai’ saktralitas Injil yang diklaim sebagai ‘firman Tuhan’?
Kedua, bahasa Arab dikenal memiliki banyak kelebihan: (1) Sejak zaman dahulu kala
hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, (2) Bahasa Arab
adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan
keakhiratan, (3) Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjungsi),
yang amat luas hingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian itu tak
terdapat dalam bahasa lain. (Lihat, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag, edisi revisi,
Juli 1989, hlm. 375 (foot-note).
Ketiga, Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW. dalam bahasa Arab yang
nyata (bilisanin ‘Arabiyyin mubinin), agar menjadi: mukjizat yang kekal dan menjadi
hidayah (sumber petunjuk) bagi seluruh manusia di setiap waktu (zaman) dan tempat
(makan); untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya: dari kegelapan
“syirik” kepada cahaya “tauhid”, dari kegelapan “kebodohan” kepada cahaya
“pengetahuan”, dan dari kegelapan “kesesatan” kepada cahaya “hidayah”.
Tiga poin itu berjalan terus atas izin Allah sampai dunia ini hancur, yakni Risalah (Islam), Rasul (Muhammad SAW) dan Kitab (Al-Qur’an)). (Lihat, Prof. Dr. Thaha Musthafa Abu Karisyah, Dawr al-Azhar wa Jami‘atihi fi Khidmat al-Lughah
al-‘Arabiyyah wa al-Turats al-Islamiy, dalam buku Nadwat al-Lughah al-‘Arabiyyah,
bayna al-Waqi‘ wa al-Ma’mul, 2001, hlm. 42).
Karena Islam itu satu risalah (misi) yang “universal” dan “kekal”, maka mukjizatnya harus retoris (bayaniyyah), linguistik (lisaniyyah) yang kekal. Dan Allah telah berjanji untuk memelihara Al-Qur’an, seperti yang Ia jelaskan, “Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Dzikra (Al-Qur’an) dan Kami pula yang memeliharanya.” (Qs. 15: 9).
Keempat, menurut Syeikhu’l-Islam, Ibnu Taimiyah, “Taurat diturunkan dalam bahasa
Ibrani saja. Dan Musa ‘alayhissalam tidak berbicara kecuali dengan bahasa itu. Begitu juga halnya dengan al-Masih: tidak berbicara tentang Taurat dan Injil serta perkara lain kecuali dengan bahasa Ibrani. Begitu juga dengan seluruh kitab. Ia tidak diturunkan kecuali dengan “satu bahasa” (bilisanin wahidin): dengan bahasa yang dengannya diturunkan kitab-kitab tersebut dan bahasa kaumnya yang diseru oleh para rasul.
Seluruh para Nabi, menyeru manusia lewat bahasa kaumnya yang mereka ketahui.
Setelah itu, kitab-kitab dan perkataan para Nabi itu disampaikan: apakah
diterjemahkan untuk mereka yang tidak tahu bahasa kitab tersebut, atau orang-orang
belajar bahasa kitab tersebut sehingga mereka mengerti makna-maknanya. Atau,
seorang utusan menjelaskan makna-makna apa yang dengannya ia diutus oleh Rasul
dengan bahasanya…” (Lihat, Ibnu Taimiyah, al-Jawb al-Shahih liman Baddala Dina’l-
Masih (Jawaban Yang Benar, Bagi Perubah Agama Kristus), (Cairo: Dar Ibnu al-
Haytsam, 2003, jilid 1 (2 jilid), hlm. 188-189).
Kitab Suci Al-Quran. Hatta, orang buta atau anak kecil. Itulah bedanya dengan Kitab
Suci lain [Lanjutan Universalitas Al-Qur’an bagian 2- habis]
Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi *)
“Mengapa Al-Quran diturunkan kepada seorang Nabi yang miskin dan buta huruf
(ummiy)? Mengapa tidak diberikan kepada pembesar Mekkah maupun Tha’if saja?”
Pertanyaan seperti ini sering terjadi. Sama hal nya dengan pernyataan, “Mengapa Al-
Qur’an berbahasa Arab?”
Banyak dalil yang mengungkap hal ini. Diantaranya; QS. 12: 2, 14: 4, 13: 37, 16: 103, 19: 97, 20: 113, 26: 193-195, 26: 198-199, 39: 28, 41: 3, 41: 44, 43: 3, 44: 58, dan 46 : 12.
Boleh dikata, hampir semua ayat tersebut menyatakan, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan
dalam “bahasa Arab”. Adalah keliru jika karena Allah menurunkan Al-Quran ke dalam
bahasa Arab kemudian dikatakan “tidak universal”.
Kenapa Allah memilih bahasa Arab? Bukan bahasa lain? Barangkali itu adalah hak Allah. Meski demikian, pilihan Allah mengapa Al-Quran itu dalam bahasa Arab bisa dijelaskan secara ilmiah.
Pertama, sampai hari ini, bahasa yang berasal dari rumpun Semit yang masih
bertahan sempurna adalah bahasa Arab. Bahkan Bible (Old Testament) yang diklaim bahasa aslinya bahasa Ibrani (Hebrew) telah musnah, sehingga tidak ada naskah asli dari Perjanjian Lama.
Meskipun begitu, menurut Isrâ’il Wilfinson, dalam bukunya TârĂ®k al-Lughât al-
Sâmiyyah (History of Semitic Language), seperti yang dikutip Prof. Al-A‘zamĂ®, ternyata
bahasa asli PL itu tidak disebut Ibrani.
Bahasa pra-pengasingan (pre-exilic language) yang digunakan oleh Yahudi adalah
dialek Kanaan dan tidak dikenal sebagai Ibrani. Orang-orang Funisia (atau lebih
tepatnya, orang-orang Kanaan) menemukan alfabet yang benar pertama kali ± 1500
S.M, berdasarkan huruf-huruf ketimbang gambar-gambar deskriptif.
Semua alfabet yang berturut-turut seterusnya adalah utang budi pada, dan berasal
dari, pencapaian Kanaan ini. (Prof. Dr. M.M. Al-A‘zamĂ®, The History of The Qur’ânic
Text from Revelation to Compilation (edisi Indonesia), terjemah: Sohirin Solihin, dkk.,
GIP, 2005, hlm. 259).
New Testament (Gospel, Injil) yang diklaim bahasa aslinya adalah bahasa “Yunani”
juga sudah hilang, sehingga tidak ada naskah asli dari Injil. Bahkan, ini bertentangan dengan bahasa Yesus, yang sama sekali tidak paham bahasa Yunani. Bukankah ini ‘mencederai’ saktralitas Injil yang diklaim sebagai ‘firman Tuhan’?
Kedua, bahasa Arab dikenal memiliki banyak kelebihan: (1) Sejak zaman dahulu kala
hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, (2) Bahasa Arab
adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan
keakhiratan, (3) Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjungsi),
yang amat luas hingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian itu tak
terdapat dalam bahasa lain. (Lihat, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag, edisi revisi,
Juli 1989, hlm. 375 (foot-note).
Ketiga, Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW. dalam bahasa Arab yang
nyata (bilisanin ‘Arabiyyin mubinin), agar menjadi: mukjizat yang kekal dan menjadi
hidayah (sumber petunjuk) bagi seluruh manusia di setiap waktu (zaman) dan tempat
(makan); untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya: dari kegelapan
“syirik” kepada cahaya “tauhid”, dari kegelapan “kebodohan” kepada cahaya
“pengetahuan”, dan dari kegelapan “kesesatan” kepada cahaya “hidayah”.
Tiga poin itu berjalan terus atas izin Allah sampai dunia ini hancur, yakni Risalah (Islam), Rasul (Muhammad SAW) dan Kitab (Al-Qur’an)). (Lihat, Prof. Dr. Thaha Musthafa Abu Karisyah, Dawr al-Azhar wa Jami‘atihi fi Khidmat al-Lughah
al-‘Arabiyyah wa al-Turats al-Islamiy, dalam buku Nadwat al-Lughah al-‘Arabiyyah,
bayna al-Waqi‘ wa al-Ma’mul, 2001, hlm. 42).
Karena Islam itu satu risalah (misi) yang “universal” dan “kekal”, maka mukjizatnya harus retoris (bayaniyyah), linguistik (lisaniyyah) yang kekal. Dan Allah telah berjanji untuk memelihara Al-Qur’an, seperti yang Ia jelaskan, “Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Dzikra (Al-Qur’an) dan Kami pula yang memeliharanya.” (Qs. 15: 9).
Keempat, menurut Syeikhu’l-Islam, Ibnu Taimiyah, “Taurat diturunkan dalam bahasa
Ibrani saja. Dan Musa ‘alayhissalam tidak berbicara kecuali dengan bahasa itu. Begitu juga halnya dengan al-Masih: tidak berbicara tentang Taurat dan Injil serta perkara lain kecuali dengan bahasa Ibrani. Begitu juga dengan seluruh kitab. Ia tidak diturunkan kecuali dengan “satu bahasa” (bilisanin wahidin): dengan bahasa yang dengannya diturunkan kitab-kitab tersebut dan bahasa kaumnya yang diseru oleh para rasul.
Seluruh para Nabi, menyeru manusia lewat bahasa kaumnya yang mereka ketahui.
Setelah itu, kitab-kitab dan perkataan para Nabi itu disampaikan: apakah
diterjemahkan untuk mereka yang tidak tahu bahasa kitab tersebut, atau orang-orang
belajar bahasa kitab tersebut sehingga mereka mengerti makna-maknanya. Atau,
seorang utusan menjelaskan makna-makna apa yang dengannya ia diutus oleh Rasul
dengan bahasanya…” (Lihat, Ibnu Taimiyah, al-Jawb al-Shahih liman Baddala Dina’l-
Masih (Jawaban Yang Benar, Bagi Perubah Agama Kristus), (Cairo: Dar Ibnu al-
Haytsam, 2003, jilid 1 (2 jilid), hlm. 188-189).
Rahasia Fisioterapi Wudhu
Rukun shalat yang satu ini tentu tidak akan pernah kita lewatkan. Tentu tidak sah jika kita hendak mengerjakan shalat lima waktu tetapi meninggalkan yang satu ini…ya, apalagi kalau bukan wudhu.
Masih terkagum-kagum dengan perintah Allah SWT dengan pekerjaan remeh yang satu ini. Kenapa tidak?? lalu bagaimana tangan bersama dengan air menyentuh anggota-anggota tubuh. Kenapa wajah yang dibasuh? Kenapa mesti telinga?
Lama sekali direnungkan sampai saya bertemu dengan buku ini, tersibaklah sudah misteri yang menyelimuti wudhu. Setelah membaca ulasan ini saya yakin kita tidak akan menganggap enteng tentang apa arti perintah Wudhu…
Banyak argumentasi yang semakin mendukung. Yuk kita buka satu-persatu misteri wudhu ini :
Setiap perintah Allah SWT tentu memiliki hikmah kebaikan dibaliknya. Bayangkan bahwa wudhu adalah ritual pengkondisian seluruh aspek hidup, mulai dari psikologis & fisiologis. Lima panca indera…kok kena semua tanpa terkecuali disapu oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga & seluruh kulit tubuh. Ini betul-betul luar biasa.
Ahli syaraf/ neurologist pun telah membuktikan dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran.
Anda tentu pernah mendengar akupunktur kan? Coba cari tahu dimana saja letak titik-titik sensitif yang sering digunakan dalam ilmu akupunktur? Lalu kemudian amati pola wudhu. InsyaAllah anda akan segera menemukan benang merah diantara keduanya.
Coba bayangkan…
Pada anggota badan yang terkena perlakuan wudhu terdapat ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan homeostasis (keseimbangan). Titik-titik akupunktur, suatu fenomena yang menarik bila dikorelasikan dengan kaifiyat wudhu yang disyari’atkan 15 abad yang lalu.
Setelah dihitung-hitung…ternyata terdapat 493 titik reseptor pada anggota wudhu!!
Anggota Wudhu(rukun dan sunat) Jumlah Titik Akupunktur
Wajah 84
Tangan 95
Kepala 64
Telinga 125
Kaki 125
Jumlah 493
Subhanallah!! Bayangkan jika kita melakukan itu setiap hari paling sedikit 5 kali sehari…
Ternyata kita harus semakin teliti saat menjalani wudhu. Mengapa? Coba ingat-ingat saat kita membasuh telapak kaki & tangan…apakah sela-sela jari sering kita abaikan? Ternyata ada fakta menarik yang tidak boleh luput :
Satu diantaranya adalah ketika melakukan takhlil, diantara sela-sela jari tangan dan kaki terdapat masing-masing satu titik istimewa (Ba Sie pada sela-sela jari tangan & Ba Peng pada sela-sela jari kaki). Jadi, keseluruhannya terdapat 16 titik akupunktur. Berdasarkan riset fakar akupunktur, titik-titik tersebut apabila dirangsang dapat menstimulir bio energi (Chi) guna membangun homeostasis. Sehingga menghasilkan efek terapi yang memiliki multi indikasi, seperti untuk mengobati migren, sakit gigi, tangan-lengan merah, bengkak, dan jari jemari kaku.
Lain lagi tentang telinga…ternyata ada 30 hadist yang mendukung ini. BTW, saya pernah coba sebuah produk akupunktur yang menggunakan tenaga listrik. Lucu juga, karena alat ini disimpan di daun telinga. Dan ketika dialiri listrik rasanya seperti telinga ditusuk-tusuk. Saya semakin paham bahwa daun telinga, selain sebagai aksesoris, ternyata terkandung banyak sekali titik reseptor syaraf.
Makanya, saat menyapu telinga itu jangan cuma membasuh saja, tapi harus dengan pijatan juga. Ini namanya aurikulopressure alias pijat akupunktur telinga.
Subhanallah…luar biasa ternyata kandungan rahasia wudhu…
Masih terkagum-kagum dengan perintah Allah SWT dengan pekerjaan remeh yang satu ini. Kenapa tidak?? lalu bagaimana tangan bersama dengan air menyentuh anggota-anggota tubuh. Kenapa wajah yang dibasuh? Kenapa mesti telinga?
Lama sekali direnungkan sampai saya bertemu dengan buku ini, tersibaklah sudah misteri yang menyelimuti wudhu. Setelah membaca ulasan ini saya yakin kita tidak akan menganggap enteng tentang apa arti perintah Wudhu…
Banyak argumentasi yang semakin mendukung. Yuk kita buka satu-persatu misteri wudhu ini :
Setiap perintah Allah SWT tentu memiliki hikmah kebaikan dibaliknya. Bayangkan bahwa wudhu adalah ritual pengkondisian seluruh aspek hidup, mulai dari psikologis & fisiologis. Lima panca indera…kok kena semua tanpa terkecuali disapu oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga & seluruh kulit tubuh. Ini betul-betul luar biasa.
Ahli syaraf/ neurologist pun telah membuktikan dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran.
Anda tentu pernah mendengar akupunktur kan? Coba cari tahu dimana saja letak titik-titik sensitif yang sering digunakan dalam ilmu akupunktur? Lalu kemudian amati pola wudhu. InsyaAllah anda akan segera menemukan benang merah diantara keduanya.
Coba bayangkan…
Pada anggota badan yang terkena perlakuan wudhu terdapat ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan homeostasis (keseimbangan). Titik-titik akupunktur, suatu fenomena yang menarik bila dikorelasikan dengan kaifiyat wudhu yang disyari’atkan 15 abad yang lalu.
Setelah dihitung-hitung…ternyata terdapat 493 titik reseptor pada anggota wudhu!!
Anggota Wudhu(rukun dan sunat) Jumlah Titik Akupunktur
Wajah 84
Tangan 95
Kepala 64
Telinga 125
Kaki 125
Jumlah 493
Subhanallah!! Bayangkan jika kita melakukan itu setiap hari paling sedikit 5 kali sehari…
Ternyata kita harus semakin teliti saat menjalani wudhu. Mengapa? Coba ingat-ingat saat kita membasuh telapak kaki & tangan…apakah sela-sela jari sering kita abaikan? Ternyata ada fakta menarik yang tidak boleh luput :
Satu diantaranya adalah ketika melakukan takhlil, diantara sela-sela jari tangan dan kaki terdapat masing-masing satu titik istimewa (Ba Sie pada sela-sela jari tangan & Ba Peng pada sela-sela jari kaki). Jadi, keseluruhannya terdapat 16 titik akupunktur. Berdasarkan riset fakar akupunktur, titik-titik tersebut apabila dirangsang dapat menstimulir bio energi (Chi) guna membangun homeostasis. Sehingga menghasilkan efek terapi yang memiliki multi indikasi, seperti untuk mengobati migren, sakit gigi, tangan-lengan merah, bengkak, dan jari jemari kaku.
Lain lagi tentang telinga…ternyata ada 30 hadist yang mendukung ini. BTW, saya pernah coba sebuah produk akupunktur yang menggunakan tenaga listrik. Lucu juga, karena alat ini disimpan di daun telinga. Dan ketika dialiri listrik rasanya seperti telinga ditusuk-tusuk. Saya semakin paham bahwa daun telinga, selain sebagai aksesoris, ternyata terkandung banyak sekali titik reseptor syaraf.
Makanya, saat menyapu telinga itu jangan cuma membasuh saja, tapi harus dengan pijatan juga. Ini namanya aurikulopressure alias pijat akupunktur telinga.
Subhanallah…luar biasa ternyata kandungan rahasia wudhu…
Ketahuilah Zina Mengakibatkan Kehancuran
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kebanyakan yang menyebabkan seseorang masuk neraka adalah mulut dan farj (kemaluan)”. Dan, sabda Rasul lainnya, “Tidak halal darah seorang muslim, kecuali tiga orang, yaitu laki-laki yang berzina, orang yang membunuh jiwa, dan orang yang meninggalkan agamanya (murtad) yang keluar dari jamaah muslim”.
Betapa zina yang hina itu, membolehkan pelakunya untuk dibunuh. Karena perbuatan yang dilakukannya itu, termasuk perbuatan dosa besar, yang sangat merusak. Dan, hadist diatas secara berurutan, zina, kekufuran, dan pembunuhan.
Seperti di dalam surah al-Furqan dan hadist Ibnu Mas’ud, yaitu hadist yang menegaskan bahwa yang paling sering terjadi adalah zina.
Zina perbuatan yang sering terjadi, kemudian pembunuhan, dan murtad. Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, menyebutkan dari segi tingkat mafsadah-nya dan efek negatifnya, disebutkan zina merupakan perbuatan yang memiliki tingkat kerusakan paling besar. Perzinahan bertentangan dengan kemaslahatan, yaitu merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Apabila seorang perempuan berbuat zina, maka ia telah menciptakan aib kepada keluarga, suami, dan familinya. Setelah itu kehormatannya pun jatuh dihadapan manusia. Perempuan yang telah berzina menjadi hina dihadapan manusia maupun Allah Rabbul Alamin. Jika perempuan itu hamil dari hasil perzinaan, dan membunuh anaknya, maka ia melakukan dua tindakan kriminal sekaligus. Dan, jika pada saat yang sama ia hamil dari hasil hubungannya dengan suaminya yang sah, maka ia memasukkan orang asing dalam keluarganya. Ini mafsadah dari perempuan.
Sementara mafsadah yang ditimbulkan laki-laki yang berzina adalah juga terjadi percampuran nasab, yaitu ketidakjelasan dari mana janin itu, sehingga tidak ada kejelasan status bayi yang lahir. Orang laki-laki itu juga telah menjerumuskan perempuan kedalam mafsadah dan kehancuran. Jenis kriminal dan dosa besar ini menyebabkan kerusakan, kehancuran, dan mafsadah dunia dan agama.
Perzinaan menyebabkan kefakiran, memendekkan umur, muka menghitam dihadapan manusia, menimbulkan murka orang lain, menghancurkan hati, menimbulkan sakit hati, mematikan hati, menyebabkan kesedihan, dan kekhawatiran. Seandainya seseoang isterinya berzina atau keluarga membunuhnya, itu lebih ringan dibandingkan dengan mendengar isterinya berzina.
Sa’ad bin Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki berzina dengan isteriku, maka akan aku penggal leher laki-laki itu dengan pedang”, ucapnya.
Perkataan Sa’ad itu sampai ke telinga Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, dan beliau berkata : “Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad?” Sesungguhnya aku lebih cemburu daripada Sa’ad dan Allah lebih cemburu daripada aku. Oleh karena itu, Allah mengharamkan kekejian-kekejian yang tampak dan yang tersembunyi”. (HR. Muttafaq alaih).
Beliau juga bersabda :
“Sesungguhnya Allah cemburu (tersinggung) dan seorang mukmin harus cemburu. Ketersinggungan Allah adalah ketika hamba-Nya melakukan apa yang dilarang Allah”. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadist yang lain, ketika beliau khotbah shalat gerhana matahari beliau bersabda :
“Wahai umat Muhammad, tidak ada yang lebih tersinggung (ghirah) melebihi Allah ketika seorang hamba laki-laki dan perempuan berzina. Hai umat Muhammad seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa”. Kemudian, Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Ya Allah, apakah hal ini sudah aku sampaikan?”.
Ada rahasia yang penting dibalik penyebutan dosa besar zina pada saat shalat kusuf. Maraknya perzinaan adalah tanda-tanda hancurnya dunia dan hari kiamat, dan gerhana adalah satu satu bentuk tanda kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Anas bin Malik berkata :
“Akan aku beritahu berita yang tidak akan diberitakan oleh seorangpun yang sesudahku. Saya mendengar Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda, “Termasuk tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan menyebarnya kebodohan, maraknya minuman khamar, dan pernzinaan. Perempuan akan berjumlah banyak sebaliknya laki-laki sedikit. Sehingga laki-laki satu berbanding lima puluh perempuan”.
Sunnah Allah berlaku pada makhluk-Nya, di mana jika perzinaan merajalela, maka Allah murka kepada mereka. Jika kemurkaan Allah terus berlangsung, maka ia akan menurunkan hukuman-Nya ke bumi. Abdullah bin Mas’ud, berkata, “Tidaklah muncul perzinaan di sebuah negeri, kecuali Allah mengumumkan kehancurannya”. Wallahu’alam.
Betapa zina yang hina itu, membolehkan pelakunya untuk dibunuh. Karena perbuatan yang dilakukannya itu, termasuk perbuatan dosa besar, yang sangat merusak. Dan, hadist diatas secara berurutan, zina, kekufuran, dan pembunuhan.
Seperti di dalam surah al-Furqan dan hadist Ibnu Mas’ud, yaitu hadist yang menegaskan bahwa yang paling sering terjadi adalah zina.
Zina perbuatan yang sering terjadi, kemudian pembunuhan, dan murtad. Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, menyebutkan dari segi tingkat mafsadah-nya dan efek negatifnya, disebutkan zina merupakan perbuatan yang memiliki tingkat kerusakan paling besar. Perzinahan bertentangan dengan kemaslahatan, yaitu merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Apabila seorang perempuan berbuat zina, maka ia telah menciptakan aib kepada keluarga, suami, dan familinya. Setelah itu kehormatannya pun jatuh dihadapan manusia. Perempuan yang telah berzina menjadi hina dihadapan manusia maupun Allah Rabbul Alamin. Jika perempuan itu hamil dari hasil perzinaan, dan membunuh anaknya, maka ia melakukan dua tindakan kriminal sekaligus. Dan, jika pada saat yang sama ia hamil dari hasil hubungannya dengan suaminya yang sah, maka ia memasukkan orang asing dalam keluarganya. Ini mafsadah dari perempuan.
Sementara mafsadah yang ditimbulkan laki-laki yang berzina adalah juga terjadi percampuran nasab, yaitu ketidakjelasan dari mana janin itu, sehingga tidak ada kejelasan status bayi yang lahir. Orang laki-laki itu juga telah menjerumuskan perempuan kedalam mafsadah dan kehancuran. Jenis kriminal dan dosa besar ini menyebabkan kerusakan, kehancuran, dan mafsadah dunia dan agama.
Perzinaan menyebabkan kefakiran, memendekkan umur, muka menghitam dihadapan manusia, menimbulkan murka orang lain, menghancurkan hati, menimbulkan sakit hati, mematikan hati, menyebabkan kesedihan, dan kekhawatiran. Seandainya seseoang isterinya berzina atau keluarga membunuhnya, itu lebih ringan dibandingkan dengan mendengar isterinya berzina.
Sa’ad bin Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki berzina dengan isteriku, maka akan aku penggal leher laki-laki itu dengan pedang”, ucapnya.
Perkataan Sa’ad itu sampai ke telinga Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, dan beliau berkata : “Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad?” Sesungguhnya aku lebih cemburu daripada Sa’ad dan Allah lebih cemburu daripada aku. Oleh karena itu, Allah mengharamkan kekejian-kekejian yang tampak dan yang tersembunyi”. (HR. Muttafaq alaih).
Beliau juga bersabda :
“Sesungguhnya Allah cemburu (tersinggung) dan seorang mukmin harus cemburu. Ketersinggungan Allah adalah ketika hamba-Nya melakukan apa yang dilarang Allah”. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadist yang lain, ketika beliau khotbah shalat gerhana matahari beliau bersabda :
“Wahai umat Muhammad, tidak ada yang lebih tersinggung (ghirah) melebihi Allah ketika seorang hamba laki-laki dan perempuan berzina. Hai umat Muhammad seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa”. Kemudian, Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Ya Allah, apakah hal ini sudah aku sampaikan?”.
Ada rahasia yang penting dibalik penyebutan dosa besar zina pada saat shalat kusuf. Maraknya perzinaan adalah tanda-tanda hancurnya dunia dan hari kiamat, dan gerhana adalah satu satu bentuk tanda kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Anas bin Malik berkata :
“Akan aku beritahu berita yang tidak akan diberitakan oleh seorangpun yang sesudahku. Saya mendengar Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda, “Termasuk tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan menyebarnya kebodohan, maraknya minuman khamar, dan pernzinaan. Perempuan akan berjumlah banyak sebaliknya laki-laki sedikit. Sehingga laki-laki satu berbanding lima puluh perempuan”.
Sunnah Allah berlaku pada makhluk-Nya, di mana jika perzinaan merajalela, maka Allah murka kepada mereka. Jika kemurkaan Allah terus berlangsung, maka ia akan menurunkan hukuman-Nya ke bumi. Abdullah bin Mas’ud, berkata, “Tidaklah muncul perzinaan di sebuah negeri, kecuali Allah mengumumkan kehancurannya”. Wallahu’alam.
Kitab Al-Buyu’ ( Jual – Beli )
Definisi Buyu’
Kata buyu’ adalah bentuk jama’ dari bai’ artinya jual-beli. Sering dipakai dalam bentuk jama’ karena jual-beli itu beraneka ragam bentuknya.Bai’ Secara istilah ialah pemindahan hak milik kepada orang lain dengan imbalan harga. Sedangkan syira’ (pembelian) ialah penerimaan barang yang dijual (dengan menyerahkan harganya kepada si penjual). Dan seringkali masing–masing dari kedua kata tersebut diartikan jual beli.
Disyari’atkan Jual Beli
Allah swt berfirman: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-Baqarah: 275)
Firman-Nya lagi: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.” (QS An-Nisaa’: 29)
Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi saw, beliau bersabda. “Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar (hak memilih) selama mereka belum berpisah.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari IX: 328 no: 2110, Muslim III: 1164 no: 1532, ‘Aunul Ma’bud IX: 330 no:3442, Tirmidzi II: 359 no. 1264 dan Nasa’i VII: 244).
Kaum Muslimin sepakat atas bolehnya melakukan perniagaan, dan kebijakan memang mengharuskan adanya aktifitas jual beli ini, karena kebutuhan manusia sehari-hari pada umumnya bergantung pada apa yang ada di tangan kawannya, sedangkan kawan tersebut terkadang tidak memberikannya dengan cuma-cuma kepada rekannya. Maka di dalam pensyariatan jual beli terdapat sarana yang sah untuk menggapai tujuan dengan cara yang sah tanpa menzhalimi orang lain. (Lihat Fathul Bari IV: 287).
Dorongan dan Anjuran untuk Melakukan Usaha
Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat-riwayat di bawah ini:
Dari al-Miqdam dari Nabi beliau bersabda, “Tidaklah seseorang menyantap mekanan yang lebih baik dari pada ia menyantap makanan dari hasil jerih payahnya sendiri. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud ‘alaihis salam biasa makan dari hasil usahanya sendiri.” (Shahih: Shahihul Jami’ no: 5546 dan Fathul Bari IV: 303 no: 2072)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seseorang di antara kamu mencari seikat kayu bakar, lalu dipanggul di atas punggunnya itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain, bisa jadi ia diberi ataupun ditolak.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 7069, Fathul Bari IV: 303 no: 2074, Tirmidzi II: 94 no: 675, dan Nasa’i V: 96).
Boleh Mencari Kekayaan bagi Orang yang Bertakwa
Orang yang bertakwa boleh mencari kekayaan sebagaimana riwayat berikut:
Dari Mu’adz bin Abdullah bin Khubaib ra, dari bapaknya dari pamannya bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidak mengapa (memburu) kekayaan bagi orang yang bertakwa; dan kesehatan itu lebih berharga bagi orang yang bertakwa daripada kekayaan dan jiwa yang baik temasuk nikmat (yang besar).” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1741 dan Ibnu Majah II : 724 no: 2141)
Dorongan agar Bersikap Bijak dalam Mencari Nafkah
Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Wahai sekalian manusia bertakwalah kepada Allah dan carilah nafkah dengan cara yang baik, karena sesungguhnya seseorang tidak akan sekali-kali meninggal dunia sebelum rizkinya disempurnakan, sekalipun rizkinya terlambat (datang) kepadanya. Maka bertakwalah kepada Allah dan carilah rizki dengan cara yang baik, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1743 dan Ibnu Majah II: 725 no:2144).
Dorongan untuk Bersikap Jujur dan Waspada Terhadap Dusta
Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi, beliau bersabda, “Dua orang yang melakukan jual beli mempunyai hak khiyar (hak pilih antara membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama mereka belum berpisah; jika mereka jujur dan menjelaskan (aib barangnya), niscaya mereka berdua diberi barakah dalam jual belinya; dan (sebaliknya) jika mereka menyembunyikan (aib barangnya) dan berdusta, niscaya barakah jual beli mereka dihapus.” Takhrij hadits ini sudah diketengahkan dalam pembahasan (Disyari’atkan Jual Beli).
Dari Uqbah bin Amir ra, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, dan tidak halal bagi seorang muslim menjual suatu barang cacat kepada saudaranya, kecuali ia menerangkan cacatnya kepadanya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 6705 dan Ibnu Majah II: 775 no: 2246)
Anjuran agar Mempermudah dan Bersikap Toleran dalam Melakukan Transaksi Jual Beli
Dari Jubir bin Abdullah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah pasti memberi rahmat kepada seorang yang bersikap toleran bila menjual, membeli dan menuntut (haknya).” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 4454 dan Fathul Bari IV: 206 no: 2076).
Keutamaan Memberi Tangguh kepada Orang yang Kesulitan
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Pernah ada seorang pedagang yang memberi pinjaman kepada orang-orang. Maka ketika ia melihat orang yang kesulitan (di antara mereka), ia berkata kepada para pemuda (penagih hutang),‘H endaklah kalian memaafkan dia, mudah-mudahan Allah pun memaafkan kita.’ Maka kemudian Allah memaafkannya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3495, Fathul Bari IV: 308 no: 2078).
Dilarang Melakukan Penipuan
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : (Pada suatu hari) Rasulullah melewati seorang pedagang sedang menjual makanan, kemudian Beliau memasukkan tangannya ke dalam (tumpukan) makanan itu. Ternyata makanan tersebut sudah dicampur, maka Beliau bersabda, “Bukanlah dari golongan kami orang yang melakukan penipuan.” (Shahih: Irwa’ul Ghalil no: 1319, Shahih Ibnu Majah no: 1809, Ibnu Majah II: 749 no: 2224 dan lafadz ini baginya, ‘Aunul Ma’bud IX: 321 no: 3435, Tirmidzi II: 389 no: 1329 dan Muslim I: 99 no: 102).
Dianjurkan Berpacu dalam Mencari Rizki
Dari Shakhr al-Ghamidi ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku (pada apa yang mereka kerjakan) di pagi hari.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1818, Ibnu Majah II: 752 no: 2236, Tirmidzi II: 343 no: 1330 dan ‘Aunul Ma’bud VII: 265 no: 2589).
Dzikir ketika Menjelang Masuk Pasar
Dari Salim bin Abdullah bin Umar ra, dari bapaknya dari datuknya bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mengucapkan ketika menjelang masuk pasar, LAAILAAHA ILLALLAH WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU, YUHYII WA YUMIITU WA HUWA HAYYUN LAA YAMUUTU, BIYADIHIL KHAIRU KULLUH, WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR (Tidak ada ilah (yang patut diibadahi) selain Allah, yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kekuassan dan bagi-Nya segala pujian. Dialah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dan Dialah Yang Maha Hidup yang tidak akan mati. Di tangan-Nyalah segala kebaikan. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu), niscaya Allah menulis untuknya satu juta kebaikan, dan menghapus darinya satu juta kejelekan, serta membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (Hasan: Shahih Ibnu Majah no: 1817 dan Ibnu majah II: 752 no: 2235).
Allah Menghalalkan Jual Beli
Pada prinsipnya boleh melakukan kegiatan jual beli apa saja dalam segala bentuk jual beli selama didasarkan pada sikap sama-sama ridha dari kedua belah pihak dan selama tidak dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sumber: Diadaptasi dari ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil ‘Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma’ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 649 – 655.
Kata buyu’ adalah bentuk jama’ dari bai’ artinya jual-beli. Sering dipakai dalam bentuk jama’ karena jual-beli itu beraneka ragam bentuknya.Bai’ Secara istilah ialah pemindahan hak milik kepada orang lain dengan imbalan harga. Sedangkan syira’ (pembelian) ialah penerimaan barang yang dijual (dengan menyerahkan harganya kepada si penjual). Dan seringkali masing–masing dari kedua kata tersebut diartikan jual beli.
Disyari’atkan Jual Beli
Allah swt berfirman: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-Baqarah: 275)
Firman-Nya lagi: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.” (QS An-Nisaa’: 29)
Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi saw, beliau bersabda. “Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar (hak memilih) selama mereka belum berpisah.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari IX: 328 no: 2110, Muslim III: 1164 no: 1532, ‘Aunul Ma’bud IX: 330 no:3442, Tirmidzi II: 359 no. 1264 dan Nasa’i VII: 244).
Kaum Muslimin sepakat atas bolehnya melakukan perniagaan, dan kebijakan memang mengharuskan adanya aktifitas jual beli ini, karena kebutuhan manusia sehari-hari pada umumnya bergantung pada apa yang ada di tangan kawannya, sedangkan kawan tersebut terkadang tidak memberikannya dengan cuma-cuma kepada rekannya. Maka di dalam pensyariatan jual beli terdapat sarana yang sah untuk menggapai tujuan dengan cara yang sah tanpa menzhalimi orang lain. (Lihat Fathul Bari IV: 287).
Dorongan dan Anjuran untuk Melakukan Usaha
Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat-riwayat di bawah ini:
Dari al-Miqdam dari Nabi beliau bersabda, “Tidaklah seseorang menyantap mekanan yang lebih baik dari pada ia menyantap makanan dari hasil jerih payahnya sendiri. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud ‘alaihis salam biasa makan dari hasil usahanya sendiri.” (Shahih: Shahihul Jami’ no: 5546 dan Fathul Bari IV: 303 no: 2072)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seseorang di antara kamu mencari seikat kayu bakar, lalu dipanggul di atas punggunnya itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain, bisa jadi ia diberi ataupun ditolak.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 7069, Fathul Bari IV: 303 no: 2074, Tirmidzi II: 94 no: 675, dan Nasa’i V: 96).
Boleh Mencari Kekayaan bagi Orang yang Bertakwa
Orang yang bertakwa boleh mencari kekayaan sebagaimana riwayat berikut:
Dari Mu’adz bin Abdullah bin Khubaib ra, dari bapaknya dari pamannya bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidak mengapa (memburu) kekayaan bagi orang yang bertakwa; dan kesehatan itu lebih berharga bagi orang yang bertakwa daripada kekayaan dan jiwa yang baik temasuk nikmat (yang besar).” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1741 dan Ibnu Majah II : 724 no: 2141)
Dorongan agar Bersikap Bijak dalam Mencari Nafkah
Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Wahai sekalian manusia bertakwalah kepada Allah dan carilah nafkah dengan cara yang baik, karena sesungguhnya seseorang tidak akan sekali-kali meninggal dunia sebelum rizkinya disempurnakan, sekalipun rizkinya terlambat (datang) kepadanya. Maka bertakwalah kepada Allah dan carilah rizki dengan cara yang baik, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1743 dan Ibnu Majah II: 725 no:2144).
Dorongan untuk Bersikap Jujur dan Waspada Terhadap Dusta
Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi, beliau bersabda, “Dua orang yang melakukan jual beli mempunyai hak khiyar (hak pilih antara membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama mereka belum berpisah; jika mereka jujur dan menjelaskan (aib barangnya), niscaya mereka berdua diberi barakah dalam jual belinya; dan (sebaliknya) jika mereka menyembunyikan (aib barangnya) dan berdusta, niscaya barakah jual beli mereka dihapus.” Takhrij hadits ini sudah diketengahkan dalam pembahasan (Disyari’atkan Jual Beli).
Dari Uqbah bin Amir ra, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, dan tidak halal bagi seorang muslim menjual suatu barang cacat kepada saudaranya, kecuali ia menerangkan cacatnya kepadanya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 6705 dan Ibnu Majah II: 775 no: 2246)
Anjuran agar Mempermudah dan Bersikap Toleran dalam Melakukan Transaksi Jual Beli
Dari Jubir bin Abdullah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah pasti memberi rahmat kepada seorang yang bersikap toleran bila menjual, membeli dan menuntut (haknya).” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 4454 dan Fathul Bari IV: 206 no: 2076).
Keutamaan Memberi Tangguh kepada Orang yang Kesulitan
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Pernah ada seorang pedagang yang memberi pinjaman kepada orang-orang. Maka ketika ia melihat orang yang kesulitan (di antara mereka), ia berkata kepada para pemuda (penagih hutang),‘H endaklah kalian memaafkan dia, mudah-mudahan Allah pun memaafkan kita.’ Maka kemudian Allah memaafkannya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3495, Fathul Bari IV: 308 no: 2078).
Dilarang Melakukan Penipuan
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : (Pada suatu hari) Rasulullah melewati seorang pedagang sedang menjual makanan, kemudian Beliau memasukkan tangannya ke dalam (tumpukan) makanan itu. Ternyata makanan tersebut sudah dicampur, maka Beliau bersabda, “Bukanlah dari golongan kami orang yang melakukan penipuan.” (Shahih: Irwa’ul Ghalil no: 1319, Shahih Ibnu Majah no: 1809, Ibnu Majah II: 749 no: 2224 dan lafadz ini baginya, ‘Aunul Ma’bud IX: 321 no: 3435, Tirmidzi II: 389 no: 1329 dan Muslim I: 99 no: 102).
Dianjurkan Berpacu dalam Mencari Rizki
Dari Shakhr al-Ghamidi ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku (pada apa yang mereka kerjakan) di pagi hari.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1818, Ibnu Majah II: 752 no: 2236, Tirmidzi II: 343 no: 1330 dan ‘Aunul Ma’bud VII: 265 no: 2589).
Dzikir ketika Menjelang Masuk Pasar
Dari Salim bin Abdullah bin Umar ra, dari bapaknya dari datuknya bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mengucapkan ketika menjelang masuk pasar, LAAILAAHA ILLALLAH WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU, YUHYII WA YUMIITU WA HUWA HAYYUN LAA YAMUUTU, BIYADIHIL KHAIRU KULLUH, WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR (Tidak ada ilah (yang patut diibadahi) selain Allah, yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kekuassan dan bagi-Nya segala pujian. Dialah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dan Dialah Yang Maha Hidup yang tidak akan mati. Di tangan-Nyalah segala kebaikan. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu), niscaya Allah menulis untuknya satu juta kebaikan, dan menghapus darinya satu juta kejelekan, serta membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (Hasan: Shahih Ibnu Majah no: 1817 dan Ibnu majah II: 752 no: 2235).
Allah Menghalalkan Jual Beli
Pada prinsipnya boleh melakukan kegiatan jual beli apa saja dalam segala bentuk jual beli selama didasarkan pada sikap sama-sama ridha dari kedua belah pihak dan selama tidak dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sumber: Diadaptasi dari ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil ‘Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma’ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 649 – 655.
PERANAN HAWA DALAM PENGUSIRAN ADAM DARI SURGA
Pendapat yang ditanyakan saudara penanya, tentang kaum
wanita -seperti ibu kita Hawa – yang harus bertanggung jawab
atas kesengsaraan hidup manusia, dengan mengatakan bahwa
Hawa yang menjerurnuskan Adam untuk memakan buah terlarang
… dan seterusnya, tidak diragukan lagi adalah pendapat
yang tidak islami.
Sumber pendapat ini ialah Kitabb Taurat dengan segala bagian
dan tambahannya. Ini merupakan pendapat yang diimani oleh
kaum Yahudi dan Nasrani, serta sering menjadi bahan
referensi bagi para pemikir, penyair, dan penulis mereka.
Bahkan tidak sedikit (dan ini sangat disayangkan) penulis
muslim yang bertaklid buta dengan pendapat tersebut.
Namun, bagi orang yang membaca kisah Adam dalam Al-Qur’an
yang ayat-ayatnya (mengenai kisah tersebut) terhimpun dalam
beberapa surat, tidak akan bertaklid buta seperti itu. Ia
akan menangkap secara jelas fakta-fakta seperti berikut ini.
1. Taklif ilahi untuk tidak memakan buah terlarang itu
ditujukan kepada Adam dan Hawa (bukan Adam saja). Allah
berfirman:
“Dan Kami berfirman, ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan
istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah
kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang zalim.’” (al-Baqarah: 35)
2. Bahwa yang mendorong keduanya dan menyesatkan keduanya
dengan tipu daya, bujuk rayu, dan sumpah palsu ialah setan,
sebagaimana difirmankan Allah:
“Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula …” (al-Baqarah: 36)
Dalam surat lain terdapat keterangan yang rinci mengenai
tipu daya dan bujuk rayu setan:
“Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup bagi mereka
yaitu auratnya, dan setan berkata, Tuhan kamu tidak
melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu
berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orangyang
kekal (dalam surga).’ Dan dia (setan) bersumpah kepada
keduanya, ‘Sesungguhnya saya termasuk orangyang memberi
nasihat kepada kamu berdua.’ Maka setan membujuk keduanya
(untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya
telah merasakan buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan
daun-daun surga. Kemudian Tuhan rnereka menyeru mereka,
‘Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu
berdua?’ Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami
termasuk orang-orangyang merugi.’” (al-A’raf: 20-23)
Dalam surat Thaha diceritakan bahwa Adam a.s. yang pertama
kali diminta pertanggungjawaban tentang pelanggaran itu,
bukan Hawa. Karena itu, peringatan dari Allah tersebut
ditujukan kepada Adam, sebagai prinsip dan secara khusus.
Kekurangan itu dinisbatkan kepada Adam, dan yang
dipersalahkan – karena pelanggaran itu – pun adalah Adam.
Meskipun istrinya bersama-sama dengannya ikut melakukan
pelanggaran, namun petunjuk ayat-ayat itu mengatakan bahwa
peranan Hawa tidak seperti peranan Adam, dan seakan-akan
Hawa makan dan melanggar itu karena mengikuti Adam.
Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu,
maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati
padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami
berkata kepada malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka
mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka kami
berkata, ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh
bagimu dan bagõ istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai
ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan
kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan
didalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu
tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas
matahari didalamnya. ‘Kemudian setan membisikkan pikiran
jahat kepadanya (Adam) dengan berkata, ‘Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak
akan binasa?’ Maka keduanya memakan dari buah pohon itu,
lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah
keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga,
dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesalah ia. Kemudian
Tuhannya memilihnya. Maka dia menerima tobatnya dan
memberinya petunjuk.” (Thaha: 115-122)
3. Al-Qur’an telah menegaskan bahwa Adam diciptakan oleh
Allah untuk suatu tugas yang sudah ditentukan sebelum
diciptakannya. Para malaikat pada waktu itu sangat ingin
mengetahui tugas tersebut, bahkan mereka mengira bahwa
mereka lebih layak mengemban itu daripada Adam. Hal ini
telah disebutkan dalam beberapa ayat surat al-Baqarah yang
disebutkan Allah SWT sebelum menyebutkan ayat-ayat yang
membicarakan bertempat tinggalnya Adam dalam surga dan
memakan buah terlarang.
Firman Allah:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan
befirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda)
seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para malaikat
lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar?’ Mereka menjawab,
‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.’ Allah
berfirman, ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama
benda ini.’ Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
nama-nama benda itu, Allah berfirman, ‘Bukankah sudah
Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
apa yang kamu sembunyikan?’” (al-Baqarah: 30-33)
Disebutkan pula dalam hadits sahih bahwa Adam dan Musa a.s.
bertemu di alam gaib. Musa hendak menimpakan kesalahan
kepada Adam berkenaan dengan beban yang ditanggung manusia
karena kesalahan Adam yang memakan buah terlarang itu
(lantas dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi
sehingga menanggung beban kehidupan seperti yang mereka
alami; penj.) . Kemudian Adam membantah Musa dan mematahkan
argumentasinya dengan mengatakan bahwa apa yang terjadi itu
sudah merupakan ketentuan ilahi sebelum ia diciptakan, untuk
memakmurkan bumi, dan bahwa Musa juga mendapati ketentuan
ini tercantum dalam Taurat.
Hadits ini memberikan dua pengertian kepada kita. Pertama,
bahwa Musa menghadapkan celaan itu kepada Adam, bukan kepada
Hawa. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang disebutkan dalam
Taurat (sekarang) bahwa Hawa yang merayu Adam untuk memakan
buah terlarang itu tidak benar. Itu adalah perubahan yang
dimasukkan orang ke dalam Taurat.
Kedua, bahwa diturunkannya Adam dan anak cucunya ke bumi
sudah merupakan ketentuan ilahi dalam takdir-Nya yang luhur
dan telah ditulis oleh kalam ilahi dalam Ummul Kitab (Lauh
al-Mahfuzh), untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
melalui risalah-Nya di atas planet ini, sebagaimana yang
dikehendaki Allah, sedangkan apa yang dikehendaki Allah
pasti terjadi.
4. Bahwa surga (jannah), tempat Adam diperintahkan untuk
berdiam di dalamnya dan memakan buah-buahannya, kecuali satu
pohon, dan disuruh hengkang dari sana karena melanggar
larangan (memakan buah tersebut), tidak dapat dipastikan
bahwa surga tersebut adalah surga yang disediakan Allah
untuk orang-orang muttaqin di akhirat kelak. Surga yang
dimaksud belum tentu surga yang di dalamnya Allah
menciptakan sesuatu (kenikmatan-kenikmatan) yang belum
pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan
tidak seperti yang terlintas dalam hati manusia.
Para ulama berbeda pendapat mengenai “surga” Adam ini,
apakah merupakan surga yang dijanjikan kepada orang-orang
mukmin sebagai pahala mereka, ataukah sebuah “jannah”
(taman/kebun) dari kebun-kebun dunia, seperti firman Allah:
“Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekah)
sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun
(jannah), ketika mereka bersumpah bahwa mereka
sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari.”
(al-Qalam: 17)
Dalam surat lain Allah berfirman:
“Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang
laki-laki. Kami jadikan bagi seorang diantara keduanya (yang
kafir) dua buah kebun (jannatain) anggur dan Kami kelilingi
kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan diantara kedua
kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu
menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya
sedikit pun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua
kebun itu.” (al-Kahfi: 32-33)
Ibnul Qayyim menyebutkan kedua pendapat tersebut dengan
dalil-dalilnya masing-masing dalam kitabnya Miftahu Daaris
Sa’adah. Silakan membacanya siapa yang ingin mengetahui
lebih jauh masalah ini. Wallahu a’lam.
wanita -seperti ibu kita Hawa – yang harus bertanggung jawab
atas kesengsaraan hidup manusia, dengan mengatakan bahwa
Hawa yang menjerurnuskan Adam untuk memakan buah terlarang
… dan seterusnya, tidak diragukan lagi adalah pendapat
yang tidak islami.
Sumber pendapat ini ialah Kitabb Taurat dengan segala bagian
dan tambahannya. Ini merupakan pendapat yang diimani oleh
kaum Yahudi dan Nasrani, serta sering menjadi bahan
referensi bagi para pemikir, penyair, dan penulis mereka.
Bahkan tidak sedikit (dan ini sangat disayangkan) penulis
muslim yang bertaklid buta dengan pendapat tersebut.
Namun, bagi orang yang membaca kisah Adam dalam Al-Qur’an
yang ayat-ayatnya (mengenai kisah tersebut) terhimpun dalam
beberapa surat, tidak akan bertaklid buta seperti itu. Ia
akan menangkap secara jelas fakta-fakta seperti berikut ini.
1. Taklif ilahi untuk tidak memakan buah terlarang itu
ditujukan kepada Adam dan Hawa (bukan Adam saja). Allah
berfirman:
“Dan Kami berfirman, ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan
istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah
kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang zalim.’” (al-Baqarah: 35)
2. Bahwa yang mendorong keduanya dan menyesatkan keduanya
dengan tipu daya, bujuk rayu, dan sumpah palsu ialah setan,
sebagaimana difirmankan Allah:
“Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula …” (al-Baqarah: 36)
Dalam surat lain terdapat keterangan yang rinci mengenai
tipu daya dan bujuk rayu setan:
“Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup bagi mereka
yaitu auratnya, dan setan berkata, Tuhan kamu tidak
melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu
berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orangyang
kekal (dalam surga).’ Dan dia (setan) bersumpah kepada
keduanya, ‘Sesungguhnya saya termasuk orangyang memberi
nasihat kepada kamu berdua.’ Maka setan membujuk keduanya
(untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya
telah merasakan buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan
daun-daun surga. Kemudian Tuhan rnereka menyeru mereka,
‘Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu
berdua?’ Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami
termasuk orang-orangyang merugi.’” (al-A’raf: 20-23)
Dalam surat Thaha diceritakan bahwa Adam a.s. yang pertama
kali diminta pertanggungjawaban tentang pelanggaran itu,
bukan Hawa. Karena itu, peringatan dari Allah tersebut
ditujukan kepada Adam, sebagai prinsip dan secara khusus.
Kekurangan itu dinisbatkan kepada Adam, dan yang
dipersalahkan – karena pelanggaran itu – pun adalah Adam.
Meskipun istrinya bersama-sama dengannya ikut melakukan
pelanggaran, namun petunjuk ayat-ayat itu mengatakan bahwa
peranan Hawa tidak seperti peranan Adam, dan seakan-akan
Hawa makan dan melanggar itu karena mengikuti Adam.
Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu,
maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati
padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami
berkata kepada malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka
mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka kami
berkata, ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh
bagimu dan bagõ istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai
ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan
kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan
didalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu
tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas
matahari didalamnya. ‘Kemudian setan membisikkan pikiran
jahat kepadanya (Adam) dengan berkata, ‘Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak
akan binasa?’ Maka keduanya memakan dari buah pohon itu,
lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah
keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga,
dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesalah ia. Kemudian
Tuhannya memilihnya. Maka dia menerima tobatnya dan
memberinya petunjuk.” (Thaha: 115-122)
3. Al-Qur’an telah menegaskan bahwa Adam diciptakan oleh
Allah untuk suatu tugas yang sudah ditentukan sebelum
diciptakannya. Para malaikat pada waktu itu sangat ingin
mengetahui tugas tersebut, bahkan mereka mengira bahwa
mereka lebih layak mengemban itu daripada Adam. Hal ini
telah disebutkan dalam beberapa ayat surat al-Baqarah yang
disebutkan Allah SWT sebelum menyebutkan ayat-ayat yang
membicarakan bertempat tinggalnya Adam dalam surga dan
memakan buah terlarang.
Firman Allah:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan
befirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda)
seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada para malaikat
lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar?’ Mereka menjawab,
‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.’ Allah
berfirman, ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama
benda ini.’ Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
nama-nama benda itu, Allah berfirman, ‘Bukankah sudah
Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
apa yang kamu sembunyikan?’” (al-Baqarah: 30-33)
Disebutkan pula dalam hadits sahih bahwa Adam dan Musa a.s.
bertemu di alam gaib. Musa hendak menimpakan kesalahan
kepada Adam berkenaan dengan beban yang ditanggung manusia
karena kesalahan Adam yang memakan buah terlarang itu
(lantas dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi
sehingga menanggung beban kehidupan seperti yang mereka
alami; penj.) . Kemudian Adam membantah Musa dan mematahkan
argumentasinya dengan mengatakan bahwa apa yang terjadi itu
sudah merupakan ketentuan ilahi sebelum ia diciptakan, untuk
memakmurkan bumi, dan bahwa Musa juga mendapati ketentuan
ini tercantum dalam Taurat.
Hadits ini memberikan dua pengertian kepada kita. Pertama,
bahwa Musa menghadapkan celaan itu kepada Adam, bukan kepada
Hawa. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang disebutkan dalam
Taurat (sekarang) bahwa Hawa yang merayu Adam untuk memakan
buah terlarang itu tidak benar. Itu adalah perubahan yang
dimasukkan orang ke dalam Taurat.
Kedua, bahwa diturunkannya Adam dan anak cucunya ke bumi
sudah merupakan ketentuan ilahi dalam takdir-Nya yang luhur
dan telah ditulis oleh kalam ilahi dalam Ummul Kitab (Lauh
al-Mahfuzh), untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
melalui risalah-Nya di atas planet ini, sebagaimana yang
dikehendaki Allah, sedangkan apa yang dikehendaki Allah
pasti terjadi.
4. Bahwa surga (jannah), tempat Adam diperintahkan untuk
berdiam di dalamnya dan memakan buah-buahannya, kecuali satu
pohon, dan disuruh hengkang dari sana karena melanggar
larangan (memakan buah tersebut), tidak dapat dipastikan
bahwa surga tersebut adalah surga yang disediakan Allah
untuk orang-orang muttaqin di akhirat kelak. Surga yang
dimaksud belum tentu surga yang di dalamnya Allah
menciptakan sesuatu (kenikmatan-kenikmatan) yang belum
pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan
tidak seperti yang terlintas dalam hati manusia.
Para ulama berbeda pendapat mengenai “surga” Adam ini,
apakah merupakan surga yang dijanjikan kepada orang-orang
mukmin sebagai pahala mereka, ataukah sebuah “jannah”
(taman/kebun) dari kebun-kebun dunia, seperti firman Allah:
“Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekah)
sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun
(jannah), ketika mereka bersumpah bahwa mereka
sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari.”
(al-Qalam: 17)
Dalam surat lain Allah berfirman:
“Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang
laki-laki. Kami jadikan bagi seorang diantara keduanya (yang
kafir) dua buah kebun (jannatain) anggur dan Kami kelilingi
kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan diantara kedua
kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu
menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya
sedikit pun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua
kebun itu.” (al-Kahfi: 32-33)
Ibnul Qayyim menyebutkan kedua pendapat tersebut dengan
dalil-dalilnya masing-masing dalam kitabnya Miftahu Daaris
Sa’adah. Silakan membacanya siapa yang ingin mengetahui
lebih jauh masalah ini. Wallahu a’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)